Jumat, 18 Desember 2009
KIDUNG SUCI SRI ANDAL
Dalam masyarakat Hindu di India Selatan, khususnya para Vaishnava, Sri Andal atau Godadevi adalah salah satu Alvar yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka. Sekalipun seorang wanita, Andal telah menjadi orang suci yang begitu dimuliakan, bahkan oleh para Acharya yang sebagian besar adalah laki-laki. Sri Andal membuktikan bahwa kesempurnaan rohani tidaklah berhubungan dengan jenis kelamin maupun hal-hal lahiriah apapun seperti keturunan, kekayaan, status sosial, dan latar belakang kehidupan. Andal adalah seorang suci yang telah mencapai persatuan mistis dengan Tuhan Sendiri, sebagaimana tradisi mencatat bahwa beliau menghilang bersama tubuh fisiknya ketika memuja Tuhan di dalam Ruang Mahasuci (garbha-griha) Pura Agung Sri Ranganatha. Walau demikian Sri Andal tidak menyimpan kekayaan rohaninya untuk diri sendiri. Melalui kidung-kidung sucinya yang tergabung dalam Nalayira Divya Prabandham, Sri Andal membagikan keistimewaan yang dimilikinya kepada seluruh dunia. “Masing-masing dari kita ini adalah seorang Andal, dan seperti Andal kita harus merindukan hari dipersatukannya kita kembali dengan Tuhan. Seperti Andal juga, selama kita masih berada di dunia ini, kita harus berusaha melaksanakan kainkaryam (pelayanan penuh cintakasih) kepada Bhagavan dan para hamba-Nya, bagaikan mencicipi sukacita yang akan kita rasakan kelak di dunia transendental”, demikian pendapat Prof. A. Srinivasa Raghavan.
Sri Andal, sekalipun merasakan persatuan cintakasihnya bersama Tuhan dalam pernikahan rohani, yang kita kenal sebagai Bridal-mysticism, bukan seorang pencinta Tuhan yang terasing dari dunia. Andal dalam Prabhandanya yang disebut Thiruppaavai menggambarkan dirinya tengah melaksanakan sebuah vrata sebulan penuh yang disebut Paavai-nonbu untuk mendapatkan Krishna, Tuhan Sendiri, sebagai suaminya. Vrata ini sejenis dengan Katyayani-vrata, yang disebutkan dalam Srimad Bhagavatam dan dilaksanakan oleh para Gopi. Bulan yang dipilih untuk melaksanakan vrata ini adalah Margali atau Magasirsha (Desember-Januari). Tetapi apakah vrata ini dilaksanakan hanya demi mendapatkan manfaat bagi dirinya saja atau orang-orang lain yang kelak juga akan mengikuti dirinya? Tidak. Sri Andal melaksanakan dan mengajarkan sebuah pemujaan, sebuah pertapaan yang mensejahterakan seluruh dunia.
Pada paasuram ketiga dari Thiruppaavai diuraikan manfaat (phalam) dari pelaksanaan Pavaai-nonbu. Di sini Sri Andal berseru pada sahabat-sahabatnya agar memuliakan nama Pribadi Tertinggi, Purushottama, yang telah mengukur dunia dengan dua langkah kaki-Nya dan yang ke tiga pada kepala Baliraja. Dia adalah Tuhan yang telah melangkahkan kaki-Nya tiga kali, Trivikrama. Ongi-ulagalanda uttaman per paadi! Kemudian mandi, menyucikan diri dengan maksud mengawali vrata yang akan dilaksanakan sebulan penuh ini. Lalu apakah yang selanjutnya terjadi? Sri Andal berkata, “Semoga dengan vrata ini bumi akan disegarkan oleh hujan yang tercurah tiga kali sebulan dan semuanya terbebas dari segala penyakit jasmani serta selalu berbahagia. Ketika tanaman padi tumbuh menjulang tinggi ke angkasa dan ikan-ikan berlompatan penuh sukacita dalam air di antara batang-batangnya, kemudian lebah-lebah bermalasan karena mendapatkan bunga-bunga teratai yang penuh madu, semoga bumi tersenyum dengan hasil tuaian panen yang berlimpah. Semoga hewan-hewan ternak, sapi-sapi penuh susu, yang segera dapat memenuhi wadah, begitu puting susunya diperah oleh petani yang puas. Semoga seluruh bumi dilimpahi kemakmuran yang tidak pernah berakhir selama-lamanya. Semoga tanah selalu dialiri oleh curahan susu dan madu yang tak terbatas.”
Dengan paasuram ini Sri Andal mengajarkan kepada kita untuk beragama tidak saja demi diri sendiri, tetapi juga demi kebahagiaan semesta. Di sisi lain beliau menjelaskan bahwa usaha manusia semata juga tidaklah cukup untuk membawa kemakmuran dan kesejahteraan kepada dunia. Kita harus ingat bahwa semuanya bisa terjadi dengan menempatkan Tuhan sebagai pusat segalanya. Kata Uttaman, menunjukkan bahwa tidak ada lagi yang lebih tinggi atau lebih penting dari Beliau, yaitu Trivikrama, yang tiga langkah kaki-Nya melampaui seluruh alam semesta.
Hujan tiga kali dalam sebulan juga memiliki makna yang lain. Pada negara yang diperintah berdasarkan dharma atau Rama-rajyam, akan ada sembilan hari cerah dan satu hari hujan yang terus berulang secara teratur. Dengan tiga kali hujan sebulan ini maka tanah tidak akan kekeringan. Tanah yang subur akan mendatangkan samriddhi (kemakmuran). Dengan adanya air yang cukup dan kesuburan, maka makhluk hidup, diwakili oleh ikan-ikan akan menjadi tumbuh besar dan gemuk. Mereka melompat-lompat di air dengan senangnya.
Tiga kali hujan juga berarti tiga kekayaan yaitu sarjana yang ahli Veda, raja yang bijak dan adil, serta wanita yang setia dan suci (pativrata). Tiga kali hujan juga melambangkan air sankalpa yang menjadi pertanda pemberian dharmadana oleh Baliraja, air dalam kamandalu Brahma, dan air Ganga yang memancar dari kaki padma Tuhan Trivikrama. Ketiganya adalah kedermawanan pemimpin, bimbingan benar dari Brahmana, dan karunia Tuhan. Selain itu grantha-nirmanam (menulis tentang ajaran Veda), mengajarkannya, dan melaksanakan mangalasasanam (persembahan doa keselamatan) di tempat-tempat suci atau divyadesha juga termasuk tiga curahan hujan. Inilah tiga hal yang menyuburkan bumi dan membawa kesejahteraan. Ketiganya merupakan phala dari vrata yang diajarkan oleh Sri Andal. Berkat tiga kali hujan yang turun ini maka kemakmuran akan datang yang digambarkan oleh tanaman padi tumbuh tinggi, ikan gemuk yang berenang melompat-lompat dengan senang, lebah-lebah yang kenyang oleh madu dan tidur bermalasan di dalam mahkota teratai biru (nilottpala), dan sapi-sapi penuh susu.
Kemakmuran duniawi terpenuhi dengan vrata ini, lalu bagaimana dengan manfaat rohaninya? Tanaman padi yang tumbuh menjulang tinggi adalah bertumbuhnya para prapanna, mereka yang telah menyerahkan diri sepenuhnya dalam pelayanan cintakasih kepada Tuhan dan hamba-hamba-Nya. Mereka hidup dalam tanah yang subur oleh begitu banyaknya Acharya, guru kerohanian pembimbing yang sempurna, yang selalu siap menuntunnya kepada Tuhan. Ikan-ikan gemuk yang melompat kegirangan adalah para Acharya yang dipenuhi kegembiraan, karena mereka sudah berhasil dalam pengajarannya. Lebah kenyang yang tertidur nyenyak dalam teratai tiada lain adalah Tuhan Sriman Narayana, yang bersemayam penuh kedamaian dalam hati kita yang telah disucikan. Beliau merasakan ketenangan dan kepuasan karena karya penyelamatan-Nya, yang dilaksanakan oleh para Acharya sudah berhasil mempersatukan jivatma dengan Paramatma dalam cinta. Beliau tidur nyenyak seperti petani yang puas dengan hasil panen berlimpah. Sapi-sapi penuh dengan susu adalah para Acharya yang mahamurah hati, yang tak mengharapkan balasan apapun dari sishyanya. Kandung susu sapi memiliki empat puting yang diperah untuk mendapatkan air susu. Keempatnya adalah Veda, Smriti, Satvika Purana, dan Divya Prabandham, yang darinya mengalir susu Paramarahasya-jnanam, ilmu pengetahuan rahasia yang memberikan pembebasan seketika. Kemakmuran yang tak berakhir adalah Paramarahasya-jnanam ini, yang selalu tersedia bagi semua prapanna baik di bumi ini maupun di alam transendental untuk selama-lamanya, itulah Sanatana Dharma.
Seperti inilah satu paasuram saja dari sebagian Divya Prabandham yaitu Thiruppaavai, dapat memberi begitu banyak ajaran kepada kita dalam menempuh hidup yang bermakna di dunia ini. Sri Andal telah merasakan pengalaman rohani yang tiada terhingga luhurnya, sampai dirinya sendiri melebur ke dalam kesempurnaan yang tak terbatas itu. Persatuan mistisnya dengan Tuhan Ranganatha di Sri Rangam adalah bukti kebenaran pengalamannya. Tetapi Sri Andal tidak menyimpan kebahagiaan itu untuk dirinya sendiri saja. Beliau membaginya bersama kita melalui Divya Prabandhamnya yaitu Thiruppavaai dan Nacchiyar Thirumolli. Oleh karena itulah perempuan suci ini, seorang pencinta Tuhan yang tiada bandingannya sepanjang sejarah, begitu lekat dalam hati masyarakat Hindu di India Selatan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar