Mahabhagavata Sri Sukadeva Gosvami berkata kepada Maharaja Pariksit, “Wahai Rajaku terkasih, para penduduk Satyayuga dan juga jaman-jaman yang lain sangat mengidamkan kesempatan untuk lahir pada jaman Kaliyuga, karena pada jaman Kali ini akan banyak sekali terdapat para hamba yang paling dicintai oleh Tuhan Sri Narayana muncul di bumi. Para rekan agung Tuhan ini akan turun di berbagai tempat, namun terutama akan ada banyak sekali di India Selatan. Wahai Tuan dari umat manusia, pada jaman Kali, orang-orang yang meminum air dari sungai-sungai suci yang mengalir di Dravida-desa, seperti Tamraparni, Kritamala, Payasvini, Kaveri yang mahasuci dan Pratici Mahanadi, hampir semuanya adalah para hamba dari Pribadi Tuhan Yang Maha Esa Sri Vasudeva yang berhati murni.” (Srimad Bhagavatam 10.79.13)
Sloka yang dikutip di atas diyakini merupakan sebuah nubuat akan kedatangan para hamba Tuhan Sri Narayana yang amat istimewa ke dalam dunia pada Jaman Kali. Ketika Tuhan yang Maha Esa Sri Krishna kembali ke dunia rohani, Beliau membawa dharma bersama-Nya. Bagaikan terbenamnya matahari, kegelapan pun menyelimuti dunia. Maka bermulalah Kaliyuga yang kelam, bersamaan dengan hilangnya kaki padma Tuhan Sri Krishna dari pandangan dunia. Namun oleh kemurahan hati-Nya yang tak terbatas, Tuhan meninggalkan Kitab Suci Srimad Bhagavatam sebagai penerang bagi orang-orang di jaman Kali. Srimad Bhagavatam bercahaya bagaikan matahari, yang terbit segera setelah Tuhan Sri Krishna kembali ke dunia rohani untuk memberi harapan bagi semua orang agar terbebas dari gelapnya kebodohan dan dosa-dosa Kaliyuga yang membutakan.
Kitab Bhagavata kini telah ada, namun masih diperlukan yang lain lagi yaitu Bhagavata Hidup. Pribadi yang menghidupkan pesan-pesan suci Sri Bhagavata. Seseorang yang hidup dalam cahaya Bhagavata dan yang mampu menerangi hidup orang lain dengan cahaya Bhagavata. Krishna menurunkan roh-roh agung, para mahatma, mahabhagavata pada jaman Kali, dengan satu misi khusus, yaitu menjadikan Sri Bhagavata sebagai matahari sumber cahaya bagi semua. Maka pada permulaan Kaliyuga, turunlah para Bhagavata Hidup di India Selatan. Mereka tidak datang secara bersamaan, namun dalam jangka waktu beberapa abad. Mereka menegakkan dasar-dasar jalan pengabdian suci cintakasih, Krishna–bhakti, di jaman Kali.
Para Bhagavata Hidup ini disebut Alvar. Dalam bahasa Tamil, Alvar berarti seseorang yang tenggelam dalam pengalaman mistis dengan Tuhan, Sang Tunggal Yang Mahaada namun diselimuti kerahasiaan. Kehidupan para Alvar sendiri juga terselubung dalam kemisteriusan dan legenda, sehingga cukup sulit juga menentukan masa mereka secara tepat dalam sejarah. Namun yang jauh lebih penting dari itu adalah bahwa mereka semua merupakan para mistikus agung, jiwa-jiwa yang tenggelam dalam persatuan cintakasih rohani dengan Tuhan, dan mereka juga merekam pengalaman-pengalaman spiritualnya di dalam bait-bait puisi sucinya. Pembahasan kita akan dimulai dari mengenal para Alvar ini.
Archa perwujudan 12 Alvar bersama para Acharya di bagian bawah. Sri Ranganathar Temple, Pomona, New York.
Tradisi mencatat ada duabelas Alvar. Mereka berasal dari berbagai bagian masyarakat dan berbagai tingkat sosial, satu di antaranya adalah seorang wanita. Di daerah yang berbahasa Tamil di India Selatan, orang-orang suci ini membangkitkan kembali Veda-dharma dan memberi sentuhan cahaya pengabdian suci cintakasih, bhakti, ke dalamnya. Mereka mengembara dari satu tempat ke tempat lain, dari kuil ke kuil, dari perziarahan suci ke perziarahan suci. Mereka menggubah syair-syair indah menawan yang ditujukan bagi Kecintaannya, Sang Kekasih Illahi Vishnu, sebagai ungkapan cinta mereka yang mendalam. Syair-syair para Alvar begitu menarik hati. Kata-katanya yang dihiasi kedalaman filsafat dan perasaan, menembus batas-batas kelahiran dan golongan, mengikat semua orang dalam keimanan mereka. Para Alvar telah memahat satu warisan rohani yang berpengaruh dalam hati banyak orang, bertahan dari generasi ke generasi.
Duabelas Alvar itu adalah,
1. Poygai (Saroyogi)
2. Bhutatta (Bhutayogi)
3. Pey (Bhrantayogi)
4. Thirumalisai (Bhaktisara)
5. Nammalvar (Satakopa, Parankusa)
6. Madhurakavi
7. Kulasekharan Perumal (Kulasekhara)
8. Periya Alvar (Vishnu Citta)
9. Andal (Godadevi)
10.Tondaradipoddi (Bhaktanghri-renu)
11.Thiruppaana (Munivahana)
12.Thirumangai (Nila/Kalidvamsha)
Riwayat duabelas Alvar ini dikisahkan dalam kitab Divya Suri Caritam oleh Garudavahana Panditar dan Sri Guru Parampara Prabhavam oleh Pinpalakkhiya Perumal Jiyar. Keduanya merupakan sumber otoritatif yang diakui oleh garis perguruan rohani (sampradaya) Sri Vaishnava dan juga merupakan sumber utama penulisan buku ini.
Tiga Alvar pertama, Poygai, Bhutatta, dan Pey hidup sejaman. Dikatakan bahwa pada suatu ketika, ketiga orang suci pengembara ini berlindung dari derasnya hujan di sebuah gubug kecil yang hanya cukup untuk mereka bertiga berdiri. Tak seberapa lama mereka merasakan kehadiran orang keempat yang tak terlihat karena ruangan kecil itu terasa bertambah sempit. Mereka mengerti bahwa orang ini tiada lain adalah Tuhan Sendiri. Poygai Alvar menyanyikan lagunya, “Kunyalakan pelitaku dengan bumi sebagai wadahnya, minyaknya dari samudera, dan nyalanya adalah cahaya mentari.” Lalu Bhutatta menyanyi, “Kunyalakan pelitaku dengan dalamnya cintaku sebagai wadahnya, jiwaku adalah sumbu berminyak, dan kerinduanku yang berkobar-kobar akan Diri-Nya sebagai nyalanya.” Pey kemudian turut bernyanyi, “Dengan terangnya pelita kalian aku melihat. Aku melihat Permaisuri Agung Sang Raja, Sri Mahaksmi. Aku melihat gemilang keindahan Wujud Rohani Tuhanku. Aku melihat chakra-Nya yang indah, penghancur segala halangan yang mencegah kita mendekati-Nya. Aku juga melihat putihnya serunai lokan di tangan Tuhan.” Dikatakan bahwa ketiganya mengungkapkan intuisi tertinggi (para-jnana), cintakasih tertinggi (para-bhakti), dan keinsafan cintakasih rohani tertinggi (parama-bhakti).
Thirumalisai adalah seorang pertapa pengembara juga, namun berasal dari golongan masyarakat yang dianggap berkelahiran rendah, begitu pula Thirupaana. Walau demikian, lebih menakjubkan lagi adalah Nammalvar, yang terbesar dari semua Alvar dan dianggap sebagai Alvar utama, ternyata adalah juga berasal dari golongan Sudra. Madhurakavi, Sang Pujangga Berlidah Semanis Madu, merupakan seorang Brahmana. Alvar ini justru menganggap Nammalvar sebagai gurunya, sekalipun Nammalvar berasal dari golongan dengan status sosial lebih rendah dari dirinya. Bahkan saat Madhurakavi berjumpa dengan Nammalvar, usia sang guru juga lebih muda daripada muridnya. Vishnucitta atau Periya Alvar juga berasal dari golongan Brahmana. Putri angkatnya, Godadevi atau Andal merupakan wanita suci yang diyakini mengalami persatuan mistis dengan Sri Ranganatha (Tuhan Vishnu). Andal adalah satu-satunya Alvar wanita. Kulasekhara dan Thirumangai, keduanya berasal dari golongan bangsawan aristokrat. Kulasekhara adalah seorang raja di daerah Chera (sekarang Kerala) dan Thirumangai adalah seorang panglima perang. Dengan demikian para Alvar sungguh-sungguh berasal dari berbagai golongan dan lapisan masyarakat.
Rabu, 02 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar