Sabtu, 01 Januari 2011

SRI MADHVA (5)


Bagi para deva, manusia, dan unsur-unsur alam, beliau hadir sebagai pengendali dan pengatur semuanya. Di dunia ini beliau tidaklah tunduk atau memuja yang lain selain Sri Hari. Beliau adalah Mukhya-pavamana, permata mahkota di antara para guru.

Pada awalnya, Sri Hari dan Laksmi (sebagai Mula-prakriti) menciptakan tiga unsur pembentuk brahmanda (alam semesta duniawi) yaitu satva- (sifat kebaikan), rajo- (sifat nafsu), dan tamo- (kebodohan) guna. Dengan menggunakan triguna ini, Tuhan menciptakan mahattattva sebagai batu pembangun utama. Melalui mahattattva terciptalah ahankara-tattva dan tattva-tattva lainnya. Abhimani devata (deva pengendali) mahattattva adalah Brahma dan Vayu (beserta sakti mereka masing-masing, Sarasvati dan Bharati), sedangkan untuk ahankara tattva adalah Garuda, Sesha, dan Rudra (juga dengan saktinya, Sauparni, Varuni, dan Parvati). Dilihat dari kedudukan ini, karena mahattattva merupakan unsur kunci dalam rangkaian penciptaan, maka tidaklah mengherankan apabila Vayu (dan Brahma) diangkat sebagai wakil utama Sri Hari dalam tubuh ini. Beliau berada di atas para deva yang lain dan memastikan agar semuanya bekerja sesuai dengan kehendak Sri Hari.

Menurut Sruti, Sri Vayu sebagai devata yang juga bertugas dalam mengatur unsur alam semesta tidaklah bertanggung jawab pada siapapun juga dalam hirarki para deva, bahkan kepada Indra yang ditunjuk sebagai penguasa surga dan raja deva. Beliau secara langsung bertanggung jawab kepada Sri Hari. Srimadacharya mengatakan bahwa nanyadeva natastena vasudevanna pujitah, Bhima (Vayu) tidak pernah menyembah deva manapun selain Sri Vasudeva Hari (Mahabharata Tatparya Nirnaya 18.16). Sekalipun di dalam Mahabharata atau Ramayana, Bhima dan Hanuman menghormati Bhisma (kakek), Drona (guru), dan Sugriva (raja), namun mereka melakukannya untuk memberikan contoh teladan kepada dunia, bukan karena mereka lebih tinggi dari Bhima dan Hanuman.

Pada sloka terakhir mengenai Vayu-tattva ini, Srimad Sripadaraja mendadak tidak menggunakan kata namma-kula (keluarga kita atau perguruan kita), tetapi memilih kata gurukula. Hal ini mengingatkan akan salah satu konsep penting dalam Tattvavada yang disebut Taratamya, hirarki dalam ciptaan. Aspek Taratamya yang dibahas di sini adalah bahwa secara alamiah, setiap kelompok yang berada di atas harus menjadi panutan dan guru bagi kelompok yang berada di bawahnya. Secara simbolik menyatakan ada hirarki panjang para guru bagi seluruh ciptaan kosmis, di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, yang berujung pada Tuhan Yang Maha Esa Sri Hari. Puncak dari garis perguruan ini adalah Brahma dan Vayu. Menurut konsep Taratamya, ada golongan yang disebut Riju-devata. Satu yang termulia di antara para Riju menjadi Vayu. Berikutnya Vayu yang ada sekarang akan menduduki posisi Brahma. Sehingga Brahma dan Vayu memiliki sifat rohani yang sama. Secara khusus Vayu merupakan guru bagi semua satvika-jiva, yaitu mereka yang pantas mencapai pembebasan. Srimad Sripadaraja menyebutnya secara puitis sebagai gurukula-tilaka, permata mahkota dalam keluarga besar para guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar