Kamis, 24 Desember 2009

DI BALIK KEAGUNGAN KIDUNG SUCI THIRUPPAVAAI DARI SRI ANDAL

Sri Andal

Dalam Bhagavad-gita Tuhan bersabda, masanam margasirso’ham, “Di antara bulan-bulan, Aku adalah Margashirsha.” Sejak jaman dahulu kala, Margashirsha dianggap sebagai bulan yang diperuntukkan untuk memuja Tuhan dalam tradisi Veda. Di Tamilnadu selama 30 hari penuh, yaitu pada bulan ini yang dalam bahasa setempat juga disebut Margazhi (baca: Margali), dipenuhi berbagai perayaan di semua kuil-kuil, baik Saiva maupun Vaishnava. Di kuil yang memuja Siva lagu-lagu suci dari Tiruvembavaai Manikvachakar dinyanyikan setiap hari. Sedangkan di kuil-kuil Vishnu, lagu-lagu dari Thiruppavaai Sri Andal juga dikidungkan tanpa henti. Dihanyutkan oleh cintanya yang bergelora kepada Tuhan, Andal merenungkan dirinya sebagai salah satu dari para kekasih rohani Krishna, yaitu para gopi (gadis gembala sapi) di Gokula. Dalam perenungannya ini, lahirlah syair-syair cinta abadinya kepada Tuhan Sri Krishna, yang dilihatnya berada dalam Diri Ranganatha. Karya agung inilah yang dikenal sebagai Thiruppavaai, yang mengisahkan upaya para gopi demi mendapatkan Krishna, apa saja vrata (nazar) yang mereka lakukan, bagaimana bangun tidur pagi-pagi sekali, menggugah para gopi dari lelapnya tidur mereka, mengumpulkan mereka, berangkat bersama ke kediaman Nandaraja (Ayah Krishna dalam Vraja-lila), membangunkan Tuhan Junjungan mereka dan menikmati pertemuan dengan Dia. Andal, di akhir hidupnya di dunia memasuki Ruang Mahasuci Kuil Srirangam sebagai seorang mempelai Tuhan lengkap dengan busana pernikahannya, memeluk Tuhan Ranganathanya yang tercinta dan menghilang dalam cahaya kemuliaan. Sedangkan Lagu Abadinya ini, sepanjang jaman dikumandangkan dari setiap hati dan setiap rumah, bergema ke mana-mana pada pagi hari. Selain itu kidung ini juga dilantunkan dari atas menara-menara Kuil Srirangam selama bulan suci Margali, ketika para peziarah dari segala penjuru memenuhi kota, demi mengikuti perayaan akbar Vaikuntha Ekadasi.

Hamba yang rendah ini berkesempatan menyentuh kemuliaan Thiruppavaai berkat kemurahan hati Sri Narasimha-seva-rasika Srimad Allakkhiya Singhar Thiruvadi Sri Oppiliappan Kovil Varadacharya Satakopa Svami. Dengan sebelumnya bersujud kepada kaki padma Srimad V. Satakopa Svamiji, hamba berusaha menyajikan kembali paparan beliau yang luar biasa dalam bahasa Indonesia. Semoga para Acharya dan pelindung hamba menjaga dari kesalahan pemahaman dan penyajian akibat tumpulnya kecerdasan hamba.

Thiruppavaai merupakan sebuah Adhyatmika Prabandham, yaitu Prabandha yang secara khusus berhubungan dengan pengetahuan rahasia mengenai hubungan Sang Pribadi Tertinggi dengan Jiva. Thiruppavaai terwujud di dunia ini untuk merayakan hubungan antara keduanya, yang kekal dan tak terputuskan (Sesha-seshi bhavam). Dengan demikian Thiruppavaai sesungguhnya dipahami bukan sekedar sebagai kisah mengenai Vrata (Nonbhu) atau semata suatu nazar suci yang dilakukan oleh para gadis gembala di Gokula demi memperoleh Tuhan sebagai suaminya. Di balik kisah ini, dia merupakan pengungkapan ajaran-ajaran Veda dan juga Upabrahmanam seperti Itihasa dan Sattvika Puranam. Oleh karena itu, ada sejumlah besar rujukan pada topik-topik Vedanta dengan bentuk yang sangat wajar dan alamiah dalam Thiruppavaai dari Andal ini. Pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan ajaran Vedanta dan Adhyatmika-sastra secara batiniah atau tersirat dikenal sebagai Svapadesam.

Svapadesam ini berhubungan erat dengan Anyapadesam yaitu makna harfiah atau lahiriahnya. Anyapadesam juga merupakan suatu cara untuk menyatakan sesuatu yang berkaitan dengan makna atau maksud lain yang berada dalam batin. Sebagai suatu contoh, dalam pertemuan ada orang yang berkata, “Matahari mulai terbenam”. Maka di antara hadirin bisa saja ada berbagai pikiran berbeda yang timbul. Para Vaidika akan berpikir sekarang waktunya Sayankala Sandhya-vandanam. Orang yang kebetulan lewat mungkin berpikir, “Wah sudah sore, sekarang waktunya cepat-cepat pulang sebelum kemalaman”. Lalu bila kebetulan ada pencuri, “Sebentar lagi gelap, aku mau maling di mana ya malam ini?” Sehingga kata “Matahari mulai terbenam” dimengertikan berbeda-beda atau menimbulkan pemikiran berbeda-beda bagi setiap orang yang mendengarnya. Makna yang bermacam-macam ini disebut Vaijnartham atau Dhvanyartham.

Orang yang mengatakan “Matahari mulai terbenam” tengah membuat Anyapadesam. Orang yang membuat Anyapadesam itu bagaimana pun juga memiliki sesuatu yang tengah dipikirkannya saat berkata demikian. Inilah yang disebut Svapadesam, makna batiniah yang tersirat. Svapadesam itu lebih seperti Svadhyayam, perenungan mendalam dan pendarasan Veda-veda, bila sehubungan dengan Thiruppavaai yang kita bicarakan ini. Svapadesam merupakan Sva-upadesam, makna ajaran yang terkandung di dalam kata-kata itu sendiri. Svapadesam ini bukanlah Svapa-desam (tempat untuk ketiduran saat mendengarkan Upanyasam/pelajaran). Svapadesam berarti makna Vedanta yang tersirat dibalik Anyapadesam (makna harfiah).

Para Purvacharya kita telah memberikan Svapadesam bagi setiap kata maupun kalimat Thiruppavaai dalam berbagai ulasannya. Karena sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui Svapadesam disamping arti harfiahnya atau pada-artham-nya. Svapadesam dengan demikian merupakan Visesa-artham, pengertian yang lebih penting untuk diketahui. Thiruppavaai oleh karenanya dihormati sebagai benih semua Veda. Tiada hal yang dibahas oleh Thiruppavaai selain Sesha-seshi-bhava-rupa sambandham, hubungan yang kekal antara Tuhan sebagai Sang Pemilik dan Jiva sebagai milik-Nya yang berharga.

Keagungan Thiruppavaai dimuliakan dengan tiga pujian (thaniyaan dalam bahasa Tamil atau pranama-mantra/pranama-sloka) yang digubah oleh Sri Parasara Bhatta (dalam Sanskrit) dan dua lainnya dalam bahasa Tamil oleh Sri Uyyakondar (Sriman Pundarikaksha, murid langsung dari Sri Nathamuni yang menerima keseluruhan Divya Prabandham berkat karunia Sri Nammalvar). Thaniyaan gubahan Sri Parasara Bhatta adalah:

nilatunga sthanagiritadi suptam udbhodhya krishnam
pararthyam svam sruti-sata-siras-siddham adhyapayanti
svocchistayam sraji nigalitam ya balatkrutya bhunkte
godha tasyai nama idamidam bhuya yevastu bhuyah
Ijinkanlah hamba bersujud berkali-kali kepada Godadevi (Sri Andal) yang telah membangunkan Sri Krishna yang tengah berbaring di dada indah Niladevi yang bagaikan pegunungan. Sri Godadevi telah mempersembahkan dirinya kepada Sri Krishna, sebagaimana ajaran kebenaran yang telah ditegakkan oleh ratusan kitab mahkota Veda (Vedanta dan Upanisad). Godadevi menikmati-Nya setelah mengikat-Nya dengan bunga-bunga yang sebelumnya sudah dikenakan oleh sang devi sendiri.

Sriman U.Ve. M.A. Venkatakrishnan Svami menjelaskan dengan rinci bagaimana turunnya doa thaniyaan ini di kota suci Thirukottiyur (Goshtipuri, tempat tinggal salah satu guru Sri Ramanuja yang mengajarinya rahasia Tiga Mantra Agung). Sloka ini muncul melalui Sri Parasara Bhatta (Acharya penerus berikutnya setelah Sri Ramanuja) setelah dimohonkan oleh salah satu sishyanya yang pergi dari Srirangam dan mengasingkan diri di tempat itu. Dalam Upanyasanya Sri M.A.V. Svami telah menjelaskan pentingnya kata Pararthyam dalam Sloka ini dengan panjang lebar. Kini kita akan mengambil Svapadesartham dari Sloka tersebut sebagaimana disampaikan oleh para Purvacharya secara umum.

Thaniyaan
yang terungkap bagi Sri Parasara Bhatta ini muncul dalam perenungannya yang khusuk pada paasuram “Kutthu Vilakkeriya”, yaitu ketika Purusakara-prapatthi (penyerahan diri kepada Sang Pengantara) oleh Sri Andal kepada Niladevi diungkapkan. Sri Niladevi sebagai perwujudan dari Hladini-sakti sangatlah penting dalam hubungannya dengan Krishna, dan para Alvar telah memuliakan Sambandha (hubungan rohani) ini dalam berbagai bagian Nalayira Divya Prabandham.

Sri Parasara Bhatta mempersembahkan sujud bhaktinya kepada Andal dengan namaskara, “goda tasyai idam idam namah”. Svami Bhatta menyatakan bahwa beliau mempersembahkan segala bentuk penghormatan yang disebutkan dalam sastra kepada Sri Godadevi ditunjukkan oleh kata idam (ini) yang diulang dua kali. Jadi Sri Bhatta menghaturkan Sastanga-pranama, Dandavat-pranama, dan Anjali-pranama. Mengenai berbagai bentuk pranama dan makna serta keagungannya dijelaskan dalam sebuah karya berharga dari Sri Vedanta Desika yang bernama Anjali Vaibhavam. Bahkan ada jenis Pranama dalam Veda yang disebut Sukritha-pranama, yang kekuatannya setara dengan pelaksanaan ratusan Asvamedha Yajna dan menganugerahkan Moksha-siddhi (Prapatthi)! Kami menganjurkan untuk mempelajarinya lebih lanjut dari sastra tersebut. Melalui Thaniyaan ini Sri Parasara Bhatta menyatakan bahwa beliau melaksanakan Pranama ini berkali-kali dengan berbagai bentuknya kepada Sri Godadevi.

Bahkan Sri Parasara Bhatta menggunakan kata “bhuya yevastu bhuyah, Semoga Pranamam ini terus dilaksanakan berkali-kali dan semakin mulia dari hari ke hari”. Bentuk penghormatan seperti ini juga dihaturkan didasari oleh bimbingan Acharya, Smriti , dan Sruti dalam hati Bhatta. “Utthaya utthaya punah punah” dari Sri Ramanujacharya dalam Saranagati-gadyam, “Namo namaste’stu sahasra kritva” dari Arjuna dalam Bhagavad-gita (Smriti), dan “Bhuyistam te nama uktim vidhema” dari Sruti. Jadi Sri Parasara Bhatta tengah menghaturkan sembah kepada Sri Godadevi, yang setara dengan bentuk sembah seperti yang dihaturkan oleh Acharya, Smriti, dan Sruti kepada Tuhan Sendiri. Siapakah Sri Godadevi yang dimuliakan sedemikian rupa itu?

Pernikahan (Thirukalyanam) Sri Andal Rangamannar, Srivilliputhur

Sri Parasara Bhatta dibanjiri oleh keharuan ketika beliau khusuk merenungkan mengenai apa yang telah dilakukan dan diberikan Sri Andal bagi kita semua, anak-anak-Nya, yang terungkap terutama saat Beliau menyanyikan paasuram “Kutthu Vilakkeriya”.

1. Sri Andal membangunkan Tuhan-Nya, Krishna, yang tengah tertidur dengan nyaman di dada Nappinai, Sri Niladevi, energi kebahagiaan-Nya yang tak terbatas. Sri Andal lalu mengingatkan-Nya akan kewajiban yang dijanjikan-Nya dalam ratusan kitab Upanisad, yaitu Diri-Nya sebagai Sarva-seshitvam (tempat bergantung dan yang menyokong kehidupan semuanya) dan juga hubungan Seshi-sesha-sambandha-Nya bersama para Jiva. Dalam teologi Srivaishnava, Tuhan adalah Seshi, Sang Pemilik, dan Jiva adalah sesha, milik-Nya. Hubungan kepemilikan di sini bukanlah seperti hubungan saling memiliki yang bersifat eksploitatif seperti dalam hubungan duniawi. Sekalipun Jiva adalah milik yang dinikmati oleh Krishna, namun mereka adalah milik yang begitu berharga dan sangat disayanginya. Jiva adalah demi kenikmatan Krishna, namun di sisi lain tidak ada yang dapat bertahan tanpa Krishna. Krishna adalah bagaikan air bagi ikan-ikan Jiva. Sri Krishna adalah yang mengajarkan Gita kepada Arjuna, yang mewakili para Jiva, tentang kewajiban sejati mereka. Sri Krishna dikenal sebagai Gitacharya. Di sini Sri Andal bertindak sebagai Acharya yang mengingatkan bahkan Gitacharya Sendiri akan kewajiban-Nya terhadap para Jiva. Beliau berkata, “Tuhan bangunlah dari pangkuan kebahagiaan dan kenikmatan-Mu yang tak terbatas. Datanglah untuk melaksanakan kewajiban-Mu pada para Jiva ini sebagaimana telah Engkau janjikan dalam semua sastra suci. Pandanglah mereka dan berbelas kasihlah. Ini adalah Dharma-Mu!” Sri Andal, menjadi pengantara kita berbicara dengan Sri Krishna, memohon kesediaan-Nya untuk memperhatikan nasib para Jiva yang sesungguhnya tidak dapat hidup terpisah dari Krishna.

2. Sri Andal menggunakan alasan ini untuk mengingatkan Krishna. Bukankah Nama-Nya adalah Krishna (krishir bhuvacakah sabdanasca nivritthi vacakah, Engkaulah Dia yang memberikan kebahagiaan bagi Bhumi). Jadi Sri Andal mengingatkan-Nya bahwa kini Bhumidevi, salah satu Pendamping-Nya, telah berada di sini sebagai Andal. Sri Andal mengingatkan Krishna akan hubungan Mereka dan mempertanyakan ketergila-gilaan-Nya pada Niladevi, padahal sesungguhnya Dia harus bertindak adil pada ketiga Devi (Sri, Bhu, dan Nila) termasuk Diri-Nya.

3. Sri Andal mengingatkan Krishna akan Seshatvamnya kepada Krishna (svam pararthyam adhyapayanti). Andal sebagai Bhu-devi, dengan menggunakan hubungan Mereka sebagai alasan, mengingatkan Krishna bahwa semua Cetana di muka bumi ini adalah Sesha-bhuta, insan-insan yang hidupnya tergantung penuh pada Krishna dan Beliau wajib untuk bangun menerima pelayanan mereka yang didasari cintakasih kepada-Nya (priti-purvaka-kainkaryam) serta memberkati mereka semua sebagai Sarvaseshi. Sri Andal memahami bahwa Sri Krishna sepenuhnya bersukacita dalam pelukan Niladevi semata, namun sebagai Bhu-devi, beliau seakan menuntut hak-Nya sebagai salah satu Pendamping Krishna (hrisca laksmisca patnyau). Namun Beliau melakukan ini adalah demi para Jiva, demi kita, anak-anak-Nya. Dengan hak-hak yang dimiliki-Nya sebagai Acharya yang penuh belas kasih, Sri Andal memerintahkan Tuhan untuk melaksanakan kewajiban-Nya ini. Svami Vedanta Desika menyebut Sang Devi sebagai Saksat-ksamam, Beliau adalah wujud sejati karunia pengampunan. Sri Andal sebagai perwujudan langsung Bhu-devi adalah manifestasi dari pengampunan, yang merekonsiliasi hubungan antara Sri Krishna dengan para Jiva. Beliaulah yang memohon karunia diungkapkannya suatu Laghu-upayam, jalan yang mudah, untuk mempersatukan kembali para Jiva yang membandel dengan Krishna. Ini kita ketahui dari Varaha-purana ketika Bhumidevi berdoa kepada Tuhan dalam Rupa-Nya sebagai Sri Varahadeva. Bhumidevi berkata, “aham sishya ca daasi ca bhakta ca tvayi maadhava, Wahai Madhava, Hambalah murid-Mu, abdi pelayan-Mu, dan kekasih-Mu. Dengarlah permohonan-Ku dan berkatilah Hamba dengan ajaran-ajaran mengenai jalan yang mudah untuk membantu semua Jiva mencapai tujuan sejati yang tertinggi.” Tuhan Varahadeva lalu mengungkapkan dua Sloka yang menyusun Purva-bhaga dan Uttara-bhaga dari Varaha-charama-slokam. Beliau bersabda, “Wahai Devi, seluruh alam semesta ini adalah tubuh-Ku (sariram). Aku tidak dilahirkan, tidak pula mengalami kematian. Ketika para penyembah-Ku dengan keyakinan besar (maha-visvasam) menyerahkan dirinya kepada-Ku, saat pikiran mereka masih dalam ketenangan dan tubuhnya masih sehat, dan apabila saat itu mereka memandang-Ku sebagai akar penyebab segalanya (sarvadhara), yang memberikan petunjuk dalam batin (niyanta), penyokong kehidupan tertinggi (sarvaseshi), satu-satunya yang layak dipuja (asrayaniya), yang meresapi segalanya (sarva-vyapta), dan Seorang yang selalu dekat dengannya (Nitya-sannihita), maka Aku Sendiri yang akan memikirkan mereka pada detik-detik terakhir hidupnya. Ketika mereka sama sekali tidak sadar dan berbaring tak berdaya seperti sebatang kayu, maka Aku Sendiri akan datang kepadanya dan membimbing mereka melalui Arciradi-margam menuju Paramapada-Ku. Aku akan memberkati mereka dengan pelayanan kekal mereka yang penuh kebahagiaan (nitya-kainkaryam).” ( Catatan: Arciradi-margam atau jalan bercahaya gemilang, adalah jalan adi-duniawi yang dilalui oleh para Jiva menuju Vaikuntha. Jiva yang sudah layak memasuki dunia rohani akan melalui jalan ini melewati berbagai alam kehidupan yang tak terbatas. Pada tiap-tiap alam kehidupan, para Penguasa Surgawi dari alam tersebut menyambut dan memujanya. Di akhir perjalanan adalah kaki padma Sriman Narayana. Arciradi-margam dijelaskan dalam Upanisad, Gita, dan banyak sastra suci dari para Acharya seperti Paramapadasopanam, Brhadbhagavatamrita, dll). Jadi dengan memandang pernyataan inilah Sri Andal membangunkan Sri Krishna dari tidur-Nya. Sri Andal adalah Sang Devi yang berdiri di sisi kita untuk memohonkan kesediaan Tuhan datang kepada kita dan menyelamatkan kita semua. Inilah Sruti-sata-sira-siddham para-arthyam, makna tertinggi yang terkandung dalam “Ratusan mahkota di puncak kepala Veda-sruti”. Para-arthya-tattvam ini terkandung dalam makna Pranava OM.

Bagaimanakah cara Sri Andal memohon atas nama kita? Ini juga suatu keajaiban yang menakjubkan dari permainan rohani-Nya. Sri Andal mengikat Krishna dengan untaian Tulasi yang sudah dikenakannya (svocchistayam-sraji-nigalitam). Ucchista berarti sisa bekas pakai. Lalu Andal menikmati-Nya dengan paksa (balatkritya bhunkte). Sebagaimana Sri Niladevi mengikat Krishna dengan kecantikan rohani-Nya (Divya-saundaryai) yaitu Tunga-sthana-giri (Tunga berarti unggul, tidak ada tandingannya. Sthana-giri adalah rangkaian pegunungan. Pegunungan begitu kokoh dan indah bila dipandang. Tinggal di dekatnya menimbulkan kenikmatan tersendiri. Ada banyak orang yang begitu senang dengan alam pegunungan sehingga mereka bila beristirahat atau bersenang-senang pasti tinggal semisal di villanya di pegunungan. Ada juga yang tidak suka suasana pegunungan. Namun dengan penambahan kata Tunga di sini, maka menyiratkan makna bahwa bahkan orang yang tidak suka gunung pun akan terpesona oleh gunung yang satu ini). Sri Niladevi sepenuhnya menaklukkan Krishna dengan pesona-Nya yang demikian itu. Sri Andal mengetahu semua ini, namun demi kita, Beliau harus melakukan sesuatu untuk menarik Krishna. Beliau melakukannya dengan paksa, dengan kekuatan (bala). Sri Andal mengikat-Nya dengan untaian Tulasi yang sudah bekas dikenakan sendiri oleh Andal. Ini menyatakan bahwa bagaimanapun juga Krishna menunjukkan Bhakta-paratantrya-Nya, yaitu bahwa Diri-Nya dikendalikan sepenuhnya oleh cintakasih penyembah-Nya. Sri Andal, adalah seperti seorang istri yang menegur suaminya yang tengah bersenang-senang, lalu mengingatkan-Nya pada kewajiban terhadap anak-anak-Nya. Krishna oleh cinta-Nya tidak berdaya untuk menolak. Andal mengikat dan membawa Krishna pulang ke rumah ayah mertua-Nya di Srivilliputthur dan tinggal di sana untuk memenuhi kewajiban-Nya ini. Dengan seorang istri dan ayah mertua, Krishna di Srivilliputhur akan selalu diawasi agar tidak melupakan tugas-tugas-Nya sehubungan dengan para Jiva.

Sri Rangamannar bersama Sri Andal dan Sri Periyalvar (Vishnucitta), Tuhan bersama "Istri dan mertua-Nya" yang menjaga-Nya agar tetap mengingat kewajiban-Nya kepada para Jiva.

Demikianlah makna penting dari Thiruppavaai, penjelmaan Bhu-devi sebagai Sri Andal, keistimewaan peran tempat suci Srivilliputthur, dan kehadiran Rupa Tuhan sebagai Pasangan Rohani Divya-dampati Sri Sri Andal Rangamannar di tempat suci ini. Dengan karunia para Acharya pembimbing hamba, tempat perlindungan yang tiada taranya, batu karang kokoh andalan yang mempertahankan diri hamba dari deburan ombak pandangan salah, dan secara khusus adalah Sri Narasimha-seva-rasika SrimadAllakkhiya Singhar Thiruvadigal Sri Oppiliappan Kovil Varadacharya Satakopan Svami, yang di bawah kaki padmanya hamba menerima tetesan amrita Bhagavat-anubhava, sekalipun diri hamba jauh dari kepantasan, namun telah mendapat keberuntungan agung membenamkan diri dalam makna Kidung Suci Thiruppavaai dari Sri Andal ini.



Sri Lakshminrisimha Divya Paduka Sevaka Srivan Satakopa Sri Narayana Yathindra Mahadesikan
(H.H. The 45th Pattam Srimad Alakkhiya Singhar)
dan Sri Narasimha-seva-rasika Srimad Alakkhiya Singhar Thiruvadigal
Sri Oppiliappan Varadacharya Satakopa Swami (Varadachari Sadagopan Swami)

Senin, 21 Desember 2009

SRI ANDAL AVATARA RAHASYAM

Saya akan menghadirkan rahasia di balik kemunculan Sri Godadevi atau Sri Andal berdasarkan paparan dari Srimati Kalyani Krishnamachary. Mengapa Andal yang adalah Sri Devi Sendiri harus melalui berbagai pengalaman ini dalam kehidupan makhluk fana seperti salah satu dari kita? Sri Bhagavan dan Piratthi, Sang Ibunda Permaisuri Illahi mengambil begitu banyak penjelmaan di bumi, di tengah-tengah kita karena beberapa alasan. Alasan umum yang pertama adalah tentu untuk melindungi yang saleh dan memusnahkan yang jahat –paritranaya sadhunam vinasaya ca duskritam. Dalam berbagai penjelmaan Vaibhava-Nya, ketika Beliau mengambil rupa manusiawi, salah satu yang menjadi hasil dari kemunculan-Nya adalah menunjukkan pada umat manusia bagaimana menjalankan hidup kita di dalam Sanatana Dharma. Walau dalam berbagai penjelmaan ini sesungguhnya Beliau memiliki segala kekuatan dan kuasa secara sempurna, namun Beliau tidak mempergunakannya, justru lebih menjalani hidup sebagaimana layaknya manusia biasa (atmanam manushyam manye). Dengan demikian Beliau juga menunjukkan proses bagi kita untuk hidup sejalan dengan sastra, menuruti jalur Dharma seperti melaksanakan Nitya-karma tanpa gagal, mengikuti aturan-aturan Varnashrama-dharma dengan sempurna, dll. Kegiatan-Nya di dunia ini ketika hadir sebagai inkarnasi Vibhava-Nya adalah seperti seorang dramawan yang mengganti-ganti kostum dalam pertunjukan, yang pada akhirnya mengungkapkan wujud sejati-Nya dengan kembali ke Vaikuntha. Dalam inkarnasi-Nya sebagai Andal, Bhu-devi juga menunjukkan kepada semua jiva yang memperoleh tubuh berharga dalam kehidupannya, bahwa mereka harus berusaha keras untuk mencapai Paramatman sebagai segala-galanya dan tujuan akhir yang tertinggi.

Anubhavam lain dari inkarnasi Andal disampaikan oleh Sri Perukkaranai Cakravarthyacharya Swami. Setelah muncul dalam beberapa Inkarnasi dan menganggap usaha-Nya kurang berhasil untuk meyakinkan para jiva apa tujuan utama mereka memperoleh sebentuk tubuh, maka Emperuman (Tuhan) merasa bahwa mungkin Pendamping-Nya akan mampu memenuhi apa yang tampaknya gagal ini. Upadesha, nasihat-nasihat yang diucapkan oleh kata-kata lembut seorang wanita pastinya akan bertahan lama untuk memberikan keselamatan bagi anak-anak-Nya. Beliau lalu memilih Bhu-devi untuk melaksanakan tugas ini. Karena inilah Beliau terlahir di antara kita, untuk mengajarkan kepada kita bagaimana mengabdikan pikiran, ucapan, dan tindakan kita pada pelayanan cintakasih rohani (kainkaryam) kepada Tuhan.

Inkarnasi Andal di bumi ini adalah untuk menunjukkan pada kita semua, para jiva yang terikat, bagaimana menjalani hidup yang penuh pengabdian kepada Tuhan dan bagaimana mencapai-Nya dengan cintakasih yang murni. Jadi inilah Inkarnasi yang Beliau ambil demi memberikan manfaat kekal bagi umat manusia dan kemudian pada akhir dari peran-Nya ini, Beliau kembali kepada Emperuman, kesava nambiyaikkal piddikka

Sri Vedanta Desikar berkata, “dourgatya durvisha vinASa sudhA nadIm tVam”. Sang Devi berada di sini untuk menunjukkan bagaimana caranya melepaskan diri dari “koDiya visham” ini dan menyelamatkan kita semua, walaupun kita tetap melakukan pelanggaran (apacharam) yang tidak dapat dimaafkan secara terus-menerus. “ArdhrAparAdhini janepyabhirakshaNArtham”. Sri Manavala Mamunigal (Sri Vara Varamuni Svami) memuliakan Andal Avatara sebagai “emakkAga anRO i’ngu ANDAL avadarittAL”; Dia datang ke sini untuk memadamkan derita perputaran kelahiran dan kematian kita yang tanpa akhir.

Sri Perrukkaranai Svami memberikan secercah cahaya mengenai rahasia di balik kemunculan Andal melalui sebuah kejadian dalam Varaha-puranam. Ketika Sri Varahadeva menyelamatkan Bhumidevi dari dasar samudera setelah memusnahkan Hiranyaksha, Bhumi berkata kepada Sri Varaha, “Hamba adalah sishya-murid, dasi-abdi, dan kekasih-Mu. Mohon ungkapkanlah kepada hamba suatu laghu-upayam, usaha mudah bagi setiap orang untuk bisa memperoleh pembebasan dari kelahiran. Oleh belas kasih, hamba sendiri akan lahir di bumi dan mengajarkan upayam ini kepada semua orang”. Tiga dari sekian banyak Upayam yang diungkapkan oleh Tuhan Varahadeva adalah:
1. Mempersembahkan bunga-bungaan kepada Beliau
2. Menyanyikan lagu-lagu tentang Beliau
3. Melantunkan Nama Suci-Nya dengan bhakti
Pada kemunculan-Nya sebagai Andal, maka Bhu-devi secara khusus mengajarkan semua ini melalui Thiruppavai dan Nacchiyar Thirumoli. Apabila kita membaca Kidung Sucinya, akan tampak bahwa Sri Andal selalu menunjukkan kepada kita bagaimana memuja-Nya dengan persembahan bunga-bungaan, menyanyikan pujian kepada-Nya, dan mengucapkan Nama-nama Suci-Nya.

Godadevi mempersembahkan untaian bunga bagi Tuhan. Sri Periyavacchan Pillai menyebut Andal “mAlAkArar magaLirE”. Dia putri seorang Malakara, sang perangkai bunga, yaitu Sri Periyalvar. Sebagaimana Kannan (Krishna) pergi ke Mathura mencari seorang Malakara dan mengenakan untaian bunganya, maka Tuhan pasti akan datang kepada Sri Periyalvar di Srivilliputthur dan juga mendapatkan Godai. Dialah sUDikoDutta suDarkkoDi atau sUDikkoDutta nAcchiyAr, dan Dia telah mengajarkan kepada kita menguntai kalungan bunga, baik dalam rupa untaian yang dikenakan-Nya Sendiri maupun dalam bentuk manisnya rangkaian paasuram-Nya. Andal menyanyikan lagu-lagunya yang manis demi Tuhan. Lagu ini baik jika hanya dibaca saja ataupun dinyanyikan akan tetap indah, sebagaimana dinyatakan dalam Srimad Valmiki Ramayanam (Bala Kandam 4.8) pathye geye ca madhuram. Sri Andal juga membenamkan diri dalam pengucapan Nama-nama Suci-Nya. Nacchiyar Thirumoli dipenuhi oleh Duabelas Nama (Dvadasa-nama) secara tradisional seperti Kesava, Madhava, dll. Di samping itu Andal juga memanggil Kekasih Hati-Nya dengan sebutan-sebutan kesayangan, sehingga membentuk suatu Namavali (kumpulan pujian kepada Nama-nama Suci Tuhan) yang khusus. Beberapa contohnya:
guNDu nIruRai kOLari, Emperuman adalah yang berbaring di tengah dalamnya samudera dan bagaikan singa jantan agung.
Seyya tAmaraik kaNNinAi
, Mata-Nya bagai teratai merah.
peyyumAmugil pOl vaNNA
, Warna badan-Nya bagai awan mendung penuh hujan (air).
madurak kozhum cARu koNDa sundarat tOLuDaiyAn
, ketika para deva mengocok samudera susu (parkkadal), Tuhan menerima manisnya madu yang bernama Sri Mahalakshmi dan Beliau memiliki bahu yang indah.

Minggu, 20 Desember 2009

SRIVILLIPUTTHUR

Pura Agung Sri Vatapatrasayi (Vada-perum-kovil-udaiyan), Srivilliputthur

Membicarakan Sri Andal tidaklah akan lengkap tanpa mengetahui sedikit tentang Srivilliputthur, tempat kelahiran dari Sang Devi Yang Memenangkan Hati Tuhan. Di sinilah hingga hari ini karya-karya kebaktiannya, Thiruppavai dan Nacchiyar Thirumoli, diabadikan bersama Kekasih Pujaan Hatinya, Sri Ranganatha berdampingan dengan dirinya sebagai Sri Andal Rangamannar. Pura bagi Sri Andal dan juga ayahnya Sri Periyalvar didirikan di bekas tempat tinggal mereka yang menurut para sejarawan mulai dibangun pada tahun 788. Lalu para penguasa Pandya, Chola, Vijayanagar, Nayaka, dan raja-raja Bana, yang memerintahnya bersama wilayah Azhagarkoil, dekat Madurai sebagai ibukotanya, turut serta mengembangkan dan memperluas Pura ini.

Walau demikan sejak jaman purba, di dekat Pura Andal, berdirilah sebuah tempat suci yang dipersembahkan kepada Tuhan Vatapatrasayi. Adalah Tuhan Sri Vatapatrasayi yang menampakkan Diri di hadapan Periyalvar-Vishnucitta, memerintahkannya pergi ke sidang kerajaan Pandya, dan menegakkan keagungan Vaishnava-dharma serta Bhagavan Sriman Narayana sebagai Tuhan Tertinggi. Periyalvar tidak saja melakukan ini, tapi beliau juga mempersembahkan Kidung Suci Thiruppalandu ketika beliau memandang Tuhan menampakkan Diri di angkasa, berkendara Garuda, didampingi oleh Sri dan Bhu-devi.

Sri Periyalvar adalah penyokong pertama dari Pura Vatapatrasayi, dengan menggunakan uang hadiah yang didapatnya dari Madurai, ibukota Pandya, beliau memugar Gerbang Agung dan bagian-bagian tertentu Pura tersebut. Sebelum menuju Madurai, Periyalvar sudah membuat sebuah kebun bunga di Srivilliputthur untuk menyediakan persembahan untaian bunga bagi Pura. Di taman inilah Sri Andal ditemukan, di bawah semak Tulasi. Sampai hari ini taman tersebut masih dilestarikan, menghubungkan pura Andal dengan pura Vayapatrasayi. Terdapat sebuah aula kecil di tengah-tengahnya dikenal sebagai Thiruppura-mandapam, tempat dipujanya archa Andal, sebagai seorang anak lima tahun.

Menara Gerbang Agung (Rajagopuram) Sri Vatapatrasayi

Selain dimuliakan sebagai Vatapatrasayi, di sini Tuhan juga disebut Vatamahadhama atau Vada-perun-koyil-udaiyan dan Pallikonda Paramaswami, Tuhan Yang Berbaring di Atas Daun Beringin. Gerbang Agung Pura ini memiliki menara yang merupakan menara kuno tertinggi, menjulang 196 kaki, dan digunakan oleh negara bagian Tamil Nadu sebagai lambang pemerintahannya. Sebuah puisi berbahasa Tamil yang terukir di sana mengumpamakannya sebagai yang hanya dapat disaingi oleh keagungan Gunung Meru. Puisi ini dikatakan digubah oleh Kamban, penyusun Srimad Ramayana berbahasa Tamil, yang merasa kagum melihat besarnya menara gerbang ini. Ada prasasti yang menyatakan bahwa Raja Kulasekhara Pandya mendirikan tembok-tembok yang membentenginya.

Setelah memasuki Pura melalui Gerbang Agung, maka kita bersembahyang dahulu di ruang suci yang dipersembahkan bagi Sri Periyalvar di sisi kanan dan kepada Nammalvar serta Sri Ramanuja di sisi kiri. Di tempat ini Sri Ramanuja dimuliakan sebagai Kovil Annan, “kakak laki-laki bagi Andal”. Alasannya adalah ketika Sri Andal menyanyikan pujiannya kepada Tuhan yang bertahta di Thirumalirum Solai, secara khusus beliau mengucapkan janji untuk mempersembahkan 100 periuk penuh berisi mentega dan 100 periuk akkara-adisil (sejenis manisan) kepada Tuhan (Nacchiyar Thirumoli 9). Sri Ramanuja menggenapi janji ini dengan mempersembahkan semua itu kepada Tuhan Sundararaja di Thirumalirum Solai. Dengan demikian Sri Ramanuja menjadi seperti kakak laki-laki yang memenuhi keinginan dari adik perempuannya.

Pada tingkat bawah dari Ruang Mahasuci adalah tempat dipujanya Sri Laksmi Narasimha. Dengan menaiki tangga kita memasuki ruang utama dalam Pura. Setelah memuja para Dvarapalaka (Penjaga Gerbang Dalam), kita dapat melihat Citra Tuhan dalam posisi santai-Nya di bawah Vimalakrithi-vimanam. Ada lorong dalam yang berfungsi sebagai tempat mengelilingi (pradakshinam) Ruang Mahasuci dan melalui jendela-jendelanya kita dapat melihat dari dekat Wajah dan Kaki Padma Tuhan. Jalan ini biasanya tidak dibuka untuk umum pada hari-hari biasa, hanya pada saat Vaikuntha Ekadasi saja. Di sisi sebelah selatan bangunan suci utama terdapat ruang bagi Sri Sudarsana (Chakrathalvar). Citra suci-Nya dibentuk dari panchaloha (campuran lima logam) berukuran besar.

Varahaksetra-mahatmyam dalam Rahasya-kandam dari Sri Varaha Puranam menguraikan keagungan tempat suci ini dalam sembilan bab. Dikisahkan ketika Tuhan mengambil Rupa Varaha atau babi hutan, membunuh raksasa Hiranyaksha, dan menyelamatkan Bhumidevi, setelahnya Beliau beristirahat di Varahaksetra di bawah sebatang Vatavriksham (pohon beringin), yang terletak di dekat Bukit Dharmatri dan dikenal sebagai Vadeswarapuram. Ini adalah tempat Rishi Sutapas melaksanakan pertapaannya agar bisa terbebas dari kutukan Maharishi Durvasha. Dia kemudian memperoleh penglihatan (darshan) Tuhan yang muncul sebagai Sri Sundararaja bersama Pendamping-Nya, yang hadir di puncak sebuah bukit dekat Srivilliputthur. Hutan yang berada di kaki bukit ini disebut Shenbaga-aranyam yang dahulu dipenuhi oleh para Rishi yang melaksanakan pertapaan. Seorang raksasa bernama Kalanemi menyusahkan mereka dan juga menyerang Indra serta makhluk surgawi lainnya. Para Rishi berdoa kepada Tuhan dan Beliau memusnahkan raksasa itu dengan Sudarsana-cakra-Nya. Noda darah pada Cakra dibersihkan di sebuah telaga bernama Thirumukkulam yang airnya berasal dari tiga sungai suci yaitu Ganga, Yamuna, dan Sarasvati. Oleh karena itulah di tempat suci ini dipuja Sri Sundararaja dan Sri Sudarsana bersama dengan Pura utama Sri Vatapatrasayi.

Sri Andal, Sri Rangamannar, dan Sri Periyalvar

Dua orang bersaudara, Villi dan Kantan, suatu ketika sedang berburu di hutan Vadeswarapuram. Kantan mati dimangsa oleh harimau. Villi, yang tidak mengetahui perihal kematian saudaranya mencari-cari dia kesana-kemari. Akhirnya di tengah kebingungan dia jatuh tertidur. Tuhan hadir dalam mimpinya, menyuruhnya mendirikan tempat pemujaan kepada Beliau dengan membuka hutan dibantu raja Pandya. Villi mematuhinya dan daerah baru (Putthur) yang dibuka olehnya itu dikenal sebagai Villiputthur. Karena di kemudian hari Sang Ibunda Illahi, Sri, muncul di sini sebagai Andal, maka hingga kini disebut sebagai Srivilliputthur.

Jumat, 18 Desember 2009

KIDUNG SUCI SRI ANDAL


Dalam masyarakat Hindu di India Selatan, khususnya para Vaishnava, Sri Andal atau Godadevi adalah salah satu Alvar yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka. Sekalipun seorang wanita, Andal telah menjadi orang suci yang begitu dimuliakan, bahkan oleh para Acharya yang sebagian besar adalah laki-laki. Sri Andal membuktikan bahwa kesempurnaan rohani tidaklah berhubungan dengan jenis kelamin maupun hal-hal lahiriah apapun seperti keturunan, kekayaan, status sosial, dan latar belakang kehidupan. Andal adalah seorang suci yang telah mencapai persatuan mistis dengan Tuhan Sendiri, sebagaimana tradisi mencatat bahwa beliau menghilang bersama tubuh fisiknya ketika memuja Tuhan di dalam Ruang Mahasuci (garbha-griha) Pura Agung Sri Ranganatha. Walau demikian Sri Andal tidak menyimpan kekayaan rohaninya untuk diri sendiri. Melalui kidung-kidung sucinya yang tergabung dalam Nalayira Divya Prabandham, Sri Andal membagikan keistimewaan yang dimilikinya kepada seluruh dunia. “Masing-masing dari kita ini adalah seorang Andal, dan seperti Andal kita harus merindukan hari dipersatukannya kita kembali dengan Tuhan. Seperti Andal juga, selama kita masih berada di dunia ini, kita harus berusaha melaksanakan kainkaryam (pelayanan penuh cintakasih) kepada Bhagavan dan para hamba-Nya, bagaikan mencicipi sukacita yang akan kita rasakan kelak di dunia transendental”, demikian pendapat Prof. A. Srinivasa Raghavan.

Sang Dewi Yang Memenangkan hati Tuhan

Sri Andal, sekalipun merasakan persatuan cintakasihnya bersama Tuhan dalam pernikahan rohani, yang kita kenal sebagai Bridal-mysticism, bukan seorang pencinta Tuhan yang terasing dari dunia. Andal dalam Prabhandanya yang disebut Thiruppaavai menggambarkan dirinya tengah melaksanakan sebuah vrata sebulan penuh yang disebut Paavai-nonbu untuk mendapatkan Krishna, Tuhan Sendiri, sebagai suaminya. Vrata ini sejenis dengan Katyayani-vrata, yang disebutkan dalam Srimad Bhagavatam dan dilaksanakan oleh para Gopi. Bulan yang dipilih untuk melaksanakan vrata ini adalah Margali atau Magasirsha (Desember-Januari). Tetapi apakah vrata ini dilaksanakan hanya demi mendapatkan manfaat bagi dirinya saja atau orang-orang lain yang kelak juga akan mengikuti dirinya? Tidak. Sri Andal melaksanakan dan mengajarkan sebuah pemujaan, sebuah pertapaan yang mensejahterakan seluruh dunia.

Pada paasuram ketiga dari Thiruppaavai diuraikan manfaat (phalam) dari pelaksanaan Pavaai-nonbu. Di sini Sri Andal berseru pada sahabat-sahabatnya agar memuliakan nama Pribadi Tertinggi, Purushottama, yang telah mengukur dunia dengan dua langkah kaki-Nya dan yang ke tiga pada kepala Baliraja. Dia adalah Tuhan yang telah melangkahkan kaki-Nya tiga kali, Trivikrama. Ongi-ulagalanda uttaman per paadi! Kemudian mandi, menyucikan diri dengan maksud mengawali vrata yang akan dilaksanakan sebulan penuh ini. Lalu apakah yang selanjutnya terjadi? Sri Andal berkata, “Semoga dengan vrata ini bumi akan disegarkan oleh hujan yang tercurah tiga kali sebulan dan semuanya terbebas dari segala penyakit jasmani serta selalu berbahagia. Ketika tanaman padi tumbuh menjulang tinggi ke angkasa dan ikan-ikan berlompatan penuh sukacita dalam air di antara batang-batangnya, kemudian lebah-lebah bermalasan karena mendapatkan bunga-bunga teratai yang penuh madu, semoga bumi tersenyum dengan hasil tuaian panen yang berlimpah. Semoga hewan-hewan ternak, sapi-sapi penuh susu, yang segera dapat memenuhi wadah, begitu puting susunya diperah oleh petani yang puas. Semoga seluruh bumi dilimpahi kemakmuran yang tidak pernah berakhir selama-lamanya. Semoga tanah selalu dialiri oleh curahan susu dan madu yang tak terbatas.”

Dengan paasuram ini Sri Andal mengajarkan kepada kita untuk beragama tidak saja demi diri sendiri, tetapi juga demi kebahagiaan semesta. Di sisi lain beliau menjelaskan bahwa usaha manusia semata juga tidaklah cukup untuk membawa kemakmuran dan kesejahteraan kepada dunia. Kita harus ingat bahwa semuanya bisa terjadi dengan menempatkan Tuhan sebagai pusat segalanya. Kata Uttaman, menunjukkan bahwa tidak ada lagi yang lebih tinggi atau lebih penting dari Beliau, yaitu Trivikrama, yang tiga langkah kaki-Nya melampaui seluruh alam semesta.

Ulagalanda-perumal, Trivikrama, Tuhan Yang Melangkahkan Kaki-Nya Tiga Kali

Hujan tiga kali dalam sebulan juga memiliki makna yang lain. Pada negara yang diperintah berdasarkan dharma atau Rama-rajyam, akan ada sembilan hari cerah dan satu hari hujan yang terus berulang secara teratur. Dengan tiga kali hujan sebulan ini maka tanah tidak akan kekeringan. Tanah yang subur akan mendatangkan samriddhi (kemakmuran). Dengan adanya air yang cukup dan kesuburan, maka makhluk hidup, diwakili oleh ikan-ikan akan menjadi tumbuh besar dan gemuk. Mereka melompat-lompat di air dengan senangnya.

Tiga kali hujan juga berarti tiga kekayaan yaitu sarjana yang ahli Veda, raja yang bijak dan adil, serta wanita yang setia dan suci (pativrata). Tiga kali hujan juga melambangkan air sankalpa yang menjadi pertanda pemberian dharmadana oleh Baliraja, air dalam kamandalu Brahma, dan air Ganga yang memancar dari kaki padma Tuhan Trivikrama. Ketiganya adalah kedermawanan pemimpin, bimbingan benar dari Brahmana, dan karunia Tuhan. Selain itu grantha-nirmanam (menulis tentang ajaran Veda), mengajarkannya, dan melaksanakan mangalasasanam (persembahan doa keselamatan) di tempat-tempat suci atau divyadesha juga termasuk tiga curahan hujan. Inilah tiga hal yang menyuburkan bumi dan membawa kesejahteraan. Ketiganya merupakan phala dari vrata yang diajarkan oleh Sri Andal. Berkat tiga kali hujan yang turun ini maka kemakmuran akan datang yang digambarkan oleh tanaman padi tumbuh tinggi, ikan gemuk yang berenang melompat-lompat dengan senang, lebah-lebah yang kenyang oleh madu dan tidur bermalasan di dalam mahkota teratai biru (nilottpala), dan sapi-sapi penuh susu.

Kemakmuran duniawi terpenuhi dengan vrata ini, lalu bagaimana dengan manfaat rohaninya? Tanaman padi yang tumbuh menjulang tinggi adalah bertumbuhnya para prapanna, mereka yang telah menyerahkan diri sepenuhnya dalam pelayanan cintakasih kepada Tuhan dan hamba-hamba-Nya. Mereka hidup dalam tanah yang subur oleh begitu banyaknya Acharya, guru kerohanian pembimbing yang sempurna, yang selalu siap menuntunnya kepada Tuhan. Ikan-ikan gemuk yang melompat kegirangan adalah para Acharya yang dipenuhi kegembiraan, karena mereka sudah berhasil dalam pengajarannya. Lebah kenyang yang tertidur nyenyak dalam teratai tiada lain adalah Tuhan Sriman Narayana, yang bersemayam penuh kedamaian dalam hati kita yang telah disucikan. Beliau merasakan ketenangan dan kepuasan karena karya penyelamatan-Nya, yang dilaksanakan oleh para Acharya sudah berhasil mempersatukan jivatma dengan Paramatma dalam cinta. Beliau tidur nyenyak seperti petani yang puas dengan hasil panen berlimpah. Sapi-sapi penuh dengan susu adalah para Acharya yang mahamurah hati, yang tak mengharapkan balasan apapun dari sishyanya. Kandung susu sapi memiliki empat puting yang diperah untuk mendapatkan air susu. Keempatnya adalah Veda, Smriti, Satvika Purana, dan Divya Prabandham, yang darinya mengalir susu Paramarahasya-jnanam, ilmu pengetahuan rahasia yang memberikan pembebasan seketika. Kemakmuran yang tak berakhir adalah Paramarahasya-jnanam ini, yang selalu tersedia bagi semua prapanna baik di bumi ini maupun di alam transendental untuk selama-lamanya, itulah Sanatana Dharma.

Seperti inilah satu paasuram saja dari sebagian Divya Prabandham yaitu Thiruppaavai, dapat memberi begitu banyak ajaran kepada kita dalam menempuh hidup yang bermakna di dunia ini. Sri Andal telah merasakan pengalaman rohani yang tiada terhingga luhurnya, sampai dirinya sendiri melebur ke dalam kesempurnaan yang tak terbatas itu. Persatuan mistisnya dengan Tuhan Ranganatha di Sri Rangam adalah bukti kebenaran pengalamannya. Tetapi Sri Andal tidak menyimpan kebahagiaan itu untuk dirinya sendiri saja. Beliau membaginya bersama kita melalui Divya Prabandhamnya yaitu Thiruppavaai dan Nacchiyar Thirumolli. Oleh karena itulah perempuan suci ini, seorang pencinta Tuhan yang tiada bandingannya sepanjang sejarah, begitu lekat dalam hati masyarakat Hindu di India Selatan.

Kamis, 17 Desember 2009

SANG MEMPELAI TUHAN (2)


Andal tumbuh menjadi seorang wanita muda yang cantik ketika akhirnya sampai usianya untuk menikah. Ketika dia disuruh untuk menikah, dia menolak. Dia hanya akan setuju menjadi mempelai bagi Sri Ranganatha, Tuhan Alam Semesta yang dipuja dalam Kuil Agung Sri Rangam. Vishnucitta kebingungan, memikirkan entah akan jadi apa putri satu-satunya itu.

Ada bagian kitab Divya Suri Caritam (12.31-115) yang bercerita mengenai svayamvara Andal. Manifestasi-manifestasi Vishnu yang dipuja di berbagai tempat perziarahan suci hadir dan berdiri di bawah pohon asam yang suci tempat bersemayamnya Nammalvar. Nammalvar kemudian memerintahkan Anugraha, sahabat Andal, untuk membawa Andal ke hadapan masing-masing Vishnu, memperkenalkan-Nya, dan sekaligus juga menyanyikan pujian pada masing-masing Manifestasi Citra itu. Akhirnya sampailah Andal di hadapan Ranganatha, Tuhan yang bertahta di Sri Rangam, dan Andal mengalungkan untaian bunga yang dibawanya pada leher Tuhan Ranganatha, dengan demikian Andal menjatuhkan pilihannya. Nammalvar sendiri kemudian mengatur pernikahannya dengan Sri Ranganatha.

Masing-masing Manifestasi Citra (disebut dengan istilah arcavatara, dalam Sanskrit) tampak di sini memiliki kepribadian-Nya sendiri-sendiri, sekalipun itu tiada lain merupakan Sriman Narayana, Vishnu, Tuhan Yang Tunggal. Hal ini merupakan ciri khas dari keyakinan Sri Vaishnava, yang benar-benar secara alamiah dan juga insaf sepenuhnya, memuja Tuhan Berpribadi. Tanpa mengesampingkan kebenaran bahwa Vishnu atau Narayana merupakan Tuhan Tertinggi Yang Maha Esa, namun Beliau tidak disembah dalam pengertian Tuhan secara abstrak. Para Vaishnava memuja-Nya dalam Manifestasi tertentu yang dipuja di masing-masing tempat perziarahan suci, atau dalam Inkarnasi-Nya yang khusus. Dengan demikian Rupa, Nama, dan Ciri Pribadi tertentu-Nya ini menjadi ista-devata, Tuhan Pujaan pilihan pribadi yang paling dicintai, dipuja dan disembah oleh bhakta. Ini menunjukkan bagaimana Sri Vaishnava selain memuja Tuhan sebagai Pribadi, juga menekankan bahwa keyakinan, pemujaan, dan agama merupakan hubungan yang amat sangat pribadi pula dengan Tuhan. Sebagai contoh, sekalipun Sri Rama dan Sri Krishna adalah Esa, Tuhan yang sama, hanya dalam Nama dan Rupa saja berbeda, tetapi penyembah Sri Rama tidak bisa mengubah hatinya secara terpaksa untuk mencintai Rupa dan Nama Krishna sama dalamnya dengan cintanya kepada Sri Rama. Fanatisme (dengan pengertian kecintaan yang mendalam dan tak terbatas) dalam Sri Vaishnava membuatnya mencapai kesempurnaan tertinggi dalam penyembahan terhadap Rupa Tuhan pilihannya, namun pada saat yang sama juga tidak memungkinkannya untuk memaksakan keyakinannya kepada bhakta yang lain. Salah satu Acharya yang paling berpengaruh di masa kini, Yang Mulia Srimad Chinna Ramanuja Jiyar Svami dari Thirupathi, terkenal akan ungkapannya, “Respect All – Worship Yours, Hormatilah semua (Pujaan orang lain), sembahlah Pujaanmu sendiri.” Fanatisme dalam Sri Vaishnava dharma menciptakan toleransi yang sangat tinggi pula. Inilah ciri dari dharma sejati.

Andal sendiri dalam Thiruppavai menunjukkan kecenderungannya kepada Sri Krishna. Secara khusus Andal melihat Sri Krishna dalam Sri Ranganatha, sebagaimana tradisi suci memuja Murti (Perwujudan) Utama-Nya, yang dikenal dengan nama Periya Perumal sebagai Damodara-Krishna. Dalam biografinya lebih lanjut dijelaskan bagaimana Andal diberikan pilihan berbagai Vishnu, dengan Nama, Rupa, dan Ciri Pribadi-Nya masing-masing, dan pilihannya jatuh pada Tuhan dari Arangam, Sri Ranganatha.

Pada suatu malam, Tuhan Ranganatha menampakkan Diri dalam mimpi Vishnucitta dan meminta agar Andal segera dibawa kepada-Nya dengan segala kelengkapan pernikahan. Bersamaan dengan itu Tuhan juga muncul di hadapan para pendeta di Sri Rangam dan memerintahkan mereka bersiap-siap menyambut kedatangan Andal.

Sekali lagi Vishnucitta dipenuhi suka cita dan juga sedih. Bahagia karena putrinya akan segera mencapai tujuan hidupnya. Sedih karena dia akan berpisah dengan putri kesayangannya dan takkan pernah melihatnya lagi. Walau demikian Vishnucitta segera mempersiapkan putrinya sebagai seorang mempelai Tuhan dan mendudukkannya di atas tandu pengantin. Perjalanan menuju Sri Rangam pun segera dimulai.

Di dalam tandu Andal merasakan kebahagiaan yang amat sangat ketika iring-iringan semakin mendekati Kuil Suci Tuhan Ranganatha. Begitu mereka memasuki kuil, Andal segera melompat dari tandu dan bergegas berlari menuju Ruang Mahasuci. Andal memeluk Sri Ranganatha, Tuhan dan Kekasihnya. Tenggelam oleh samudera kebahagiaan, dalam persatuan kembali dengan Yang Dicintainya sepenuh hati, setelah kerinduan yang bertahan dan memuncak selama bertahun-tahun. Andal pun lenyap dari pandangan di tengah kemilau cahaya kemuliaan untuk bergabung melayani Tuhannya dalam keabadian.

Kitab Guru Parampara Prabhavam mengisahkan,
“Sang Dewi yang menguntai kalungan bunga bagi Tuhan, Andal, mengenakan sari sutranya, kalungan bunga di lehernya, dan menghias dahinya dengan tanda suci tilaka dari kasturi. Dengan matanya yang lebar, tampak bagai akan menyentuh telinganya, pinggangnya yang ramping, buah dadanya kencang, mengenakan gelang kaki yang bergemerincing, berjalan anggun bagai langkah seekor angsa, membuat semua orang tak dapat melepaskan pandangan dari dirinya, kini berjalan di depan Allakkhiya Manavalan, Sang Mempelai Pria nan Tampan. Dia masuk ke dalam (Ruang Mahasuci), memandangi-Nya sampai kedua belah matanya merasa puas, dan karena dia ingin memijat kaki-Nya, maka naiklah dia ke atas tilam pembaringan Adisesha-Nya. Bersatulah dia dengan Tuhan dari Arangam, yang berbaring di atas gulungan naga yang menyemburkan api, dan menghilang ketika para saksi melihatnya sedang memijat kaki padma Tuhan. Mereka semua yang melihat kejadian ini terkagum-kagum, termasuk di antaranya adalah murid Sang Alvar Agung, Vallabhadevaraja, penguasa Pandya...”

Andal kini adalah salah satu Penyair Suci yang paling disukai oleh para Vaishnava. Terutama para Sri Vaishnava selalu menempatkannya di dalam kuil, baik di India maupun di tempat lain, berdampingan dengan Tuhannya, sebagaimana yang selalu diidamkannya. Tradisi suci mencatatnya sebagai avatara Bhumi-Devi dalam tubuh manusia untuk mengajarkan umat manusia jalan menuju kaki padma-Nya. Dia adalah ekspansi Bhu-shakti yang bersama dengan Sri-shakti, dan Nila-shakti secara kekal mendampingi Bhagavan Sriman Narayana.

Dalam masa kehidupannya yang singkat di bumi ini, Andal menggubah dua puisi berbahasa Tamil. Karya pertamanya adalah Thiruppavai yang terdiri dari 30 syair. Di dalamnya Andal memikirkan dirinya sebagai salah satu dari para Gopi yang melayani Tuhan Sri Krishna di Vrindavana. Dia begitu ingin melayani Tuhan dan menikmati kebahagiaan pengabdian bukan saja dalam hidup saat ini tetapi untuk selama-lamanya. Dia juga menjelaskan nazar-nazar sumpah suci (pavai-nonbu) yang diikrarkannya bersama para gadis-gadis gembala lainnya demi memuaskan Krishna. Puisi kedua diberi nama Nacchiyar Thirumolli yang berarti “Kidung Suci Sang Dewi” terdiri dari 143 syair. Puisi ini melukiskan dengan sempurna kerinduannya yang mendalam kepada Vishnu, Sang Kekasih Rohani.

Seperti Srimad Ramayana, karya Andal ini sangat dicintai oleh para Vaishnava dari Selatan. Puisi-puisinya dinyanyikan dari generasi ke generasi dalam upacara-upacara suci di Kuil. Setiap tahun pada bulan Tamil Margali (Desember-Januari) diskusi atas Thiruppavai diadakan di seluruh India oleh para pengikut Sri Vaishnava dalam bahasa Tamil, Telugu, Kannada, Hindi dan Inggris.

Andal mencapai persatuan rohani dengan “periya perumal (Tuhan Yang Mahaagung)” di Sri Rangam. Kenangan akan dirinya dilukiskan oleh syair ini, “Oh Yang Terkasih! Berada dalam pelayanan rohani pada Diri-Mu, aku tak punya keinginan lagi. Siapakah di dunia ini yang begitu terberkati selain diriku? Engkau telah menerimaku sebagai milik-Mu!” (Thiruppallandu). Syair ini ditemukan dalam karya Periya Alvar (Vishnucitta) dalam kenangannya pada putrinya.
Untuk mengingat kehidupan wanita suci ini dibuatlah tiga Kuil yang memuja Andal dalam kompleks Sri Rangam. Kuil pertama terletak di ‘velittirumurram’ (halaman luar kuil utama), dikenal sebagai Veli Andal-sannidhi. Ini adalah tempat yang dahulu biasa dikunjungi Andal bersama ayahnya ketika berziarah ke Sri Rangam. Di sini Andal hadir dalam wujud Mula-Murti dalam posisi duduk. Kuil kedua dapat dicapai dari Sri Ranga Vilasam. Di tempat ini Andal dalam wujud utsava-murti, juga dalam posisi duduk. Yang ketiga adalah Parama-pada-nathan-sannidhi, tempat Andal bersama para Alvar lainnya dimuliakan. Di sini Andal hadir dalam bentuk murti berdiri. Dari ketiga kuil ini, yang paling istimewa adalah kuil kedua, yang dikenal sebagai Ul-Andal. Di tempat ini diperingati lila (permainan sukacita rohani Illahi) ‘varanam-ayiram’ yaitu ketika Sri Ranganatha turun sejenak dari Annai-Vahanam (kendaraan gajah) dan saling tukar-menukar kalungan bunga dengan Andal. Kuil bagi Andal juga didirikan di tempat kelahirannya, Sri-Villiputhur. Terletak dekat kuil Sri Vada-perum-koyil-udaiyan atau Bhagavan Vata-patra-sayi. Di sini Andal dipuja dalam murti yang berdiri berdampingan dengan murti Sri Ranganatha. Taman bunga dan Tulasi tempat Andal ditemukan juga tetap dilestarikan berikut sumur yang sering digunakannya untuk bercermin.

Rabu, 16 Desember 2009

SANG MEMPELAI TUHAN (1)

PADA SUATU HARI SEORANG BRAHMIN yang penuh kebaktian tengah sibuk memetik bunga-bunga di kebunnya untuk persembahan bagi Tuhan Sri Vata-patra-sayi. Dia adalah Vishnucitta yang dikenal sebagai Periya Alvar. Hidup seorang diri tanpa sanak saudara di kota Sri-Villiputhur, dekat Madurai. Pagi itu ketika dia melaksanakan tugas sehari-harinya, terjadilah peristiwa yang mengejutkan. Brahmana Vishnucitta menemukan seorang bayi perempuan mungil di bawah naungan Tulasi di tengah-tengah kebun bunganya. Vishnucitta menganggapnya sebagai pemberian Tuhan. Dia memberinya nama Godadevi atau Godai (Anugerah Tuhan), kemudian membawanya pulang dan membesarkannya sebagai putrinya sendiri.



Godai hidup dalam lingkungan yang dipenuhi cinta dan pengabdian kepada Tuhan. Vishnucitta sangat mengasihinya. Dia mengajarkan semua kisah-kisah dan filsafat yang diketahuinya kepada Godai, dan juga membagi kecintaannya akan kesusastraan Tamil. Vishnucitta membuai putrinya dengan lagu-lagu pujian kepada Krishnanya tercinta. Cinta yang dimiliki Vishnucitta kepada Krishna pun akhirnya menular kepada Godai. Dalam diri Godai cinta itu semakin kuat dan dalam. Bahkan sebagai seorang gadis kecil pun Godai telah berpikir untuk tidak akan menikah dengan laki-laki mana pun kecuali Krishna, Tuhan dan Kekasihnya.

Godai menyanyi,
“Seperti seekor babi hutan, yang terlepas dari belenggu jaring. Madhava, permata hatiku yang berharga, telah meninggalkanku, tak menyisakankan apapun bagiku untuk bergantung. Lihatkah olehmu Tuhan ini?... Dengan busana keemasan yang berkibaran, Dia, bagai seekor anak lembu, gelap bagai awan hujan berguntur, datang beriringan di jalan. Kami sudah melihat-Nya di sini, di Vrindavanam” (Nacchiyar Tirumoli 14.5)



Seorang yang suka bersenda gurau, yang tak tahu dharma. Dia yang alis-Nya melengkung, bagai busur Saranga yang dipegang tangan-Nya. Si Tampan yang tak ada tandingan-Nya. Lihatkah olehmu Dia ini?... Dia yang tubuh-Nya gelap, yang wajah-Nya berseri gilang-gemilang, bagai mentari bercahaya, di atas puncak-puncak bukit menjulang tinggi. Kami sudah melihat-Nya, Di sini, di Vrindavanam (Nacchiyar Tirumoli 14.6)

Godai merindukan kapankah Tuhan akan datang membawanya sebagai mempelai, mencintai-Nya dan merasakan kehadiran-Nya. Tanpa sepengetahuan ayahnya dia sering menghias diri dengan untaian bunga yang diperuntukkan bagi Tuhan di kuil, membayangkan bahwa suatu ketika ia akan menikah dengan Tuhan. Dia memikirkan bagaimana jiwa dan raganya seluruhnya dipersembahkan kepada Tuhan bersama dengan kalungan bunga itu.
Sambil mematut-matut diri di atas pantulan air sumur sebagai pengganti cermin, dia menyanyikan puisi-puisinya. Menggambarkan dirinya sebagai gadis belia yang merindukan Kekasihnya. Dia mencari bantuan dari teman-temannya, dewa asmara, dan bahkan hewan-hewan untuk dapat segera mendapatkan Krishna. Dia juga mengisahkan betapa beruntungnya lahir sebagai putri seorang penyembah Tuhan, Sri Vishnucitta, yang tinggal di Sri-Villiputhur dengan rasa pengabdian yang tak pernah padam.

Pada suatu hari Vishnucitta mendapati sehelai rambut Godai pada salah satu kalungan bunga. Dia merasa kaget dan sedih karena ada penodaan terhadap persembahan yang hanya diperuntukkan bagi Tuhan. Vishnucitta memarahi Godai karena menggunakan kalungan bunga itu sembarangan dan segera membuangnya. Brahmana itu kemudian mulai menguntai kalungan bunga yang baru dengan berhati-hati agar tidak ternoda lagi. Dia kemudian mempersembahkannya sendiri sambil memohon maaf kehadapan Tuhan.



Malam itu Tuhan muncul dalam mimpi Vishnucitta dan bertanya kepadanya mengapa dia tidak mempersembahkan kalungan bunga yang telah dikenakan Godai kepada-Nya tetapi justru membuangnya. Tuhan Sri Vata-patra-sayi bersabda, “Aku merindukan keharuman Godai yang menambah wangi kalungan bunga-Ku. Aku lebih memilih kalungan bunga itu daripada kalungan bunga lainnya bagaimana pun indahnya. Maukah engkau terus mempersembahkan untaian bunga yang telah dikenakan Godai kepada-Ku?” Dipenuhi keheranan Vishnucitta segera terbangun dari tidurnya. Airmatanya mengalir dalam kebahagiaan yang besar. Nyata bagi dirinya bahwa dia memiliki seorang putri yang cintanya kepada Tuhan begitu dalam. Kedalaman cinta yang bahkan tak dapat dijangkau oleh dirinya. Sifat rohani putrinya demikian agung sehingga Tuhan Sendiripun ingin merasakan kehadirannya. Srila Bhaktisiddhanta Sarasvati mengatakan, “Janganlah berusaha melihat Tuhan, tapi bertindaklah sedemikian rupa sehingga Tuhan berkenan melihatmu”. Demikianlah Godai, dengan cintanya yang begitu besar telah membuat Tuhan Sendiri merasakan kerinduan akan kehadirannya. Sejak hari itu Godai dikenal sebagai ANDAL, “Dia Yang Menaklukkan Tuhan”, Andal pun menjadi salah satu dari para Alvar, dan satu-satunya Alvar wanita.

Selasa, 15 Desember 2009

SANG ALVAR AGUNG

KALAU SAJA TUHAN YANG MAHA ESA HADIR di depan mata kita, di atas bumi ini, tepat di hadapan kita, apa yang akan kita lakukan? Apa yang kita pikirkan? Kebanyakan dari kita mungkin akan meminta sesuatu dari Beliau, pikiran yang baik, kecerdasan, kesehatan, keselamatan, kekayaan, pembebasan dari perputaran kelahiran dan kematian, dan sebagainya. Akankah ada seseorang yang justru tidak minta apa-apa? Mungkin ada sedikit orang yang seperti itu. Tetapi terbayangkah ada orang yang jauh lebih mulia lagi, yang bukan saja tidak minta apa-apa, tetapi malah ingin memberikan sesuatu kepada Tuhan?

Ada seorang guru yang agung dan roh mulia, yang ketika Tuhan hadir di hadapannya tidak meminta apa-apa bahkan juga tidak merasa senang. Sebaliknya jiwa agung ini menjadi sungguh-sungguh khawatir, karena dia merasa akan ada bahaya yang dapat melukai Tuhannya Tercinta, di dunia yang penuh celaka ini. Guru ini begitu khawatirnya sampai-sampai begitu melihat Tuhan dia berteriak, “Semoga Engkau panjang umur, semoga Engkau terhindar dari semua marabahaya!” Siapakah pribadi ini? Dia adalah Periya Alvar (Alvar Agung), Maha Alvar.

Sri Periyalvar

Periya Alvar lahir di kota Sri-Villiputthur, Pandiya Nadu, di India Selatan pada bulan Tamil Aani, dalam sebuah keluarga brahmana kelas tinggi. Kedua orangtuanya memberinya nama Vishnucitta. Mulai awal kehidupannya dia senantiasa khusuk dalam pelayanan kepada Tuhan dalam Rupa-Nya sebagai Bhagavan Vata-patra-sayi Svami yang dipuja di kota Sri-Villiputthur (Vada-perum-kovil-udaiyan. Salah satu Rupa Tuhan Vishnu, secara harfiah berarti Beliau Yang Berbaring di Atas Daun Beringin, sebagai satu-satunya yang ada setelah peleburan alam semesta dan ke dalam Diri-Nyalah seluruh ciptaan ini terserap). Tuhan dalam aspek ini disebut juga Sri Rajamannar (Raja segala raja).

Semenjak kanak-kanak secara alamiah dia adalah penyembah Tuhan Sri Vishnu yang murni. Ketika bermeditasi pada kegiatan rohani Sri Krishna, dia terinspirasi oleh Sudama Malakara, seorang hamba yang menghaturkan kalungan bunga dan memuja Sri Sri Krishna Balarama ketika Mereka memasuki kota Mathura. Alvar kemudian memutuskan dalam hatinya bahwa dia akan mengabdikan diri selama-lamanya untuk menyediakan bunga-bunga dan Tulasi (tumbuhan suci yang sangat dicintai Tuhan. Daun-daun dan bunganya mutlak digunakan dalam setiap puja dan persembahan kepada Tuhan Sri Krishna dan berbagai manifestasi Vishnu-Nya) yang dibutuhkan untuk pemujaan sehari-hari dalam kuil Tuhan Vata-patra-sayi Vishnu.

Pada suatu hari raja negeri Madurai yang termasuk dalam dinasti Pandiya, Sri Vallabhadevaraja Pandyan, bepergian meninjau kerajaannya pada malam hari. Dilihatnya seseorang tengah berbaring di luar rumah. Raja yang tengah menyamar mendekatinya dan bertanya siapakah dia dan mengapa dia berbaring di luar rumah malam-malam begini. Orang itu menjawab bahwa dia adalah seorang brahmin yang baru saja kembali dari mandi suci di sungai Ganga. Raja bertanya lagi, “Beri tahu aku, dharma apa yang engkau ketahui!” Brahmana itu menjawab, “Untuk keperluan selama empat bulan musim hujan, bekerjalah selama delapan bulan. Untuk keperluan di malam hari, bekerjalah pada siang hari. Untuk keperluan di usia tua, bekerjalah di masa muda. Untuk memperoleh paralokam (tujuan tertinggi), berusahalah dalam tiap kelahiranmu.”
Raja adalah orang yang cerdas, segera ia berpikir, “Bagi diriku, aku sudah memiliki segala-galanya di dunia ini, tetapi bagaimana caranya mendapatkan paralokam?” Raja memanggil pendeta penasihat kerajaan, Purohita Rajaguru, dan bertanya, “Bagaimana kita dapat menemukan paratattvam, Kebenaran Tertinggi, yang dapat memberikan keempat tujuan hidup (agama, kemajuan ekonomi, kesenangan, dan pembebasan) dan juga paralokam.” Rajaguru menjawab, “Kalau begitu paduka harus mengumpulkan semua Vidwan, semua sarjana, dan biarlah mereka mencoba menyimpulkan apa itu paratattva.” Raja setuju, kemudian dia langsung mempersiapkan sekantung penuh uang emas yang digantungkan pada sebatang galah bambu yang tinggi dan menaruhnya di depan ruang sidang kerajaan. Raja kemudian mengumumkan, “Siapapun yang bisa menegakkan paratattvam dengan pramananya (kebenaran dan bukti-buktinya) akan memperoleh pundi berisi uang emas ini.”

Pada saat yang bersamaan di Sri-Villiputhur, Vishnucitta bermimpi Tuhan datang menemuinya. Dia ingin untuk menunjukkan paratattvam sebagaimana diajarkan dalam Vedanta, melalui Vishnucitta. Tuhan Sriman Narayana memberi perintah, “Segeralah engkau pergi ke Madurai dan buktikanlah bahwa hanyalah Diri-Ku Sendiri, Sriman Narayana, adalah satu-satunya Paramatma, Tuhan Tertinggi Yang Maha Esa dan ambillah pundi emas dari raja!” Vishnucitta bertanya, “Oh Tuhanku. Hamba hanyalah orang bodoh yang tidak terpelajar, tidak tahu apapun mengenai Veda dan sastra. Bagaimana hamba bisa melaksanakan tugas ini? Lihatlah tangan hamba! Keduanya penuh luka karena pekerjaan kasar di kebun. Hamba hanyalah orang miskin dan tak berpendidikan, tapi Paduka menginginkan hamba untuk pergi dan berbicara di tengah-tengah sidang para sarjana besar, bagaimana mungkin hamba bisa?” Tuhan menjawab, “Mengapa engkau membingungkan hal itu. Tidakkah Aku di sini. Itu adalah urusan-Ku, janganlah khawatir. Jalankanlah perintah-Ku, Aku Sendiri yang akan mengatur semuanya.” Setelah bersabda demikian Tuhan Sri Narayana menghilang.

Sejalan dengan isi mimpinya, Vishnucitta pun memutuskan untuk melaksanakan perintah Tuhan dan segera pergi ke sidang istana Pandiya. Begitu melihat Vishnucitta, Raja dan Purohita merasakan sesuatu yang istimewa dan mereka menyambut dia dengan penuh penghormatan. Hal ini menimbulkan kecemburuan dalam hati para pandita lainnya, tetapi Rajaguru menenangkan mereka semua. Rajaguru segera mempersilakan Vishnucitta untuk memulai paratattva-nirnayam (diskusi mengenai Kebenaran Mutlak Tertinggi). Dengan memusatkan pikiran pada karunia agung dan belas kasih Tuhan dalam mimpinya, Vishnucitta mampu melihat semua makna sastra-sastra suci. Maka, dengan berbagai pramana yang tak terhitung dari sruti, smriti, itihasa, dan purana, Vishnucitta mengajukan berbagai pertanyaan dan jawaban yang mengalir bagai sungai dan menegakkan bahwa,
1. Sri Vaishnava-dharma adalah dharma (agama) yang sejati
2. Tuhan Yang Maha Esa Sriman Narayana adalah satu-satunya paratattva
3. Cara terbaik untuk mencapai tujuan tertinggi adalah saranagati, penyerahan diri kepada kaki padma Tuhan Sriman Narayana.

Sang Alvar menjadi seperti Dhruva, yang setelah disentuh oleh sankha Tuhan Vishnu dapat segera mendapatkan kekuatan untuk menyusun berbagai doa pujian yang indah. Dengan mengutip berbagai bukti dari kitab suci, Alvar menyatakan bahwa Sriman Narayana adalah Tuhan Tertinggi Yang Maha Esa, dan seseorang yang mengidamkan pembebasan harus hanyalah bermeditasi, menyembah, dan menyerahkan diri pada kaki padma Tuhan Sri Narayana saja, satu-satunya yang dapat menganugerahkan mukti. Setelah memberi penjelasan panjang lebar, tak satu Vidwan dan Panditapun yang dapat membuka mulutnya. Ajaran Vishnu-citta Alvar tiada bandingannya dan kemuliaan pelayanan bhakti kepada Pribadi Tuhan Yang Maha Esa telah ditegakkan dengan begitu kuat, tanpa memberi ruang sedikitpun pada konsep yang bersifat impersonal. Tak seorangpun berani mengeluarkan sepatah kata bantahan. Raja dan Rajaguru beserta semua pejabat bersujud lurus-lurus di kaki Alvar, sepenuhnya menerima kejelasan dan kebenaran uraiannya. Tiang bambu tinggi yang berada di hadapan ruang sidang secara ajaib merunduk dan meletakkan pundi uang emas hadiah di kaki Vishnucitta.

Raja dan para menterinya merasa sangat bersemangat dan mulai memuji Alvar, ”Dia sudah mengungkapkan kepada umat manusia terangnya cahaya yang bersinar di puncak Vedanta yang tertinggi.” Mereka kemudian membawa payung kebesaran kerajaan, diiringi para hamba sahaya yang menaburkan bunga-bunga, kemudian mendudukkan Alvar di atas gajah kerajaan. Raja kemudian membawanya berkeliling kerajaan dalam pawai sukacita, diiringi tetabuhan musik dan tiupan serunai kemenangan, sebuah perayaan besar diadakan oleh Kerajaan Pandya.

Ketika perayaan yang begitu meriah dipersembahkan bagi penyembah-Nya tercinta, dapatkah Tuhan berdiam diri? Seperti orangtua yang bergembira melihat anaknya memperoleh kemenangan, maka Tuhanpun sangat senang melihat penyembah-Nya diagungkan. Tuhan Sri Vishnu, bersama seluruh pengiring-Nya dari dunia rohani, turun secara pribadi ke tempat itu. Beliau bergegas mengendarai periya thiruvadhi, Mahavahana Garudadeva dan memberi darshan-Nya kepada Alvar. Begitu melihat Tuhan pujaan hatinya, Alvar dipenuhi kebahagiaan. Walau demikian dia tidak membiarkan rasa bangga muncul sedikitpun di hatinya. Bukannya membenamkan dirinya dalam sifat-sifat Tuhan yang mahaada dan meresapi segala-galanya, Alvar justru tenggelam dalam keindahan rohani dan Wujud Pribadi yang mahamenawan dari Tuhan Semesta Alam, kemudian menyelam semakin dalam memasuki cinta Illahi dan sepenuhnya melupakan kemahakuasaan Tuhan dan keberadaan dirinya sendiri.


“Oh Tuhan Penguasa Paramapadam, Paratattva, Parabrahma, yang bersemayam di alam tertinggi yang dipenuhi kebahagiaan kekal, telah turun ke dalam dunia samsaram, yang penuh dengan kejahatan. Apa yang akan terjadi pada-Nya.” Alvar ketakutan, “Di sinilah Tuhanku. Sang Pribadi Tertinggi yang dipuja bahkan oleh para Deva yang teragung. Namun pada saat ini hamba tidak merasakan kebahagiaan cintaku pada-Mu, cinta yang membuatku melupakan diri ini dan membuatku tak sadarkan diri. Hamba-Mu ini justru merasa takut. Khawatir akan keselamatan-Mu di tempat yang sangat busuk ini. Kini yang kurasakan bukanlah cinta seorang kekasih pada pujaan hatinya, tetapi cinta seorang ibu yang ingin melindungi anaknya.” Maka mulailah Alvar mengumandangkan doa mangalasasana, doa keselamatan, menggunakan genta yang tergantung di leher gajah sebagai pengiring, melantunkan Divyaprabandhanya yang dimulai dengan kata, “Pallandu! Pallandu!, Semoga Engkau panjang umur!”, Inilah Thirupallandu. Begitu mendengar doa Sang Alvar, Tuhan Sri Vishnu, seperti seorang anak yang meyakinkan ayahnya, memperlihatkan kedua belah bahu-Nya yang kuat dan perkasa, dengan senyumnya yang mempesona seakan berkata, “Aku sudah besar dan sangat kuat.” Vishnucitta dikenal sebagai Alvar yang mahaagung, Periya Alvar, karena perhatiannya yang begitu besar kepada Tuhan.

Periya Alvar kemudian menerima penyerahan diri raja ke dalam jalan Sri Vaishnava sebagai bagian dari pelayanannya kepada Tuhan. Setelah memberkati sang raja, Alvar kembali ke rumahnya. Kembali sebagai tukang kebun yang merawat taman bunga Vata-patra-sayi di Sri-Villiputhur. Dia menggunakan uang hadiahnya untuk membangun gerbang agung, Rajagopuram, bagi kuil Tuhan di Sri-Villiputhur. Dia menggubah dan mewariskan kepada kita lebih dari 400 syair lagi, dipenuhi cinta yang begitu agung kepada Tuhan Sri Narayana, terutama ditujukan kepada Pribadi-Nya Yang Asli dan Kekal, Sri Krishna. Syair-syair ini memperlakukan Tuhan sebagai seorang anak kecil, dan membawa kita melalui tahap-tahap masa kanak-kanak Krishna. Memandikan-Nya sambil menyanyikan lagu yang manis, memakaikan baju, menghiasi, memberi-Nya makan, menidurkan-Nya dalam buaian, dan sebagainya.

Pada hari Thiru-Adipuram, Periya Alvar menemukan seorang bayi perempuan di bawah pohon Tulasi di kebun bunganya. Dia memberinya nama Godai (Godadevi) dan membesarkannya sebagai anaknya sendiri. Godai adalah anak Illahi yang membantu ayahnya dalam semua pelayanannya kepada Tuhan. Ketika sampai umurnya, Godai hanya ingin menikah dengan Sri Krishna, dalam rupa Arca-Nya yang tampan di Sri Rangam, Bhagavan Ranganatha Svami. Akhirnya Godai mengalami persatuan mistis dengan Tuhan dan menghilang di dalam Ruang Mahasuci Kuil Sri Rangam. Sejak saat itu Godai dikenal pula sebagai Soodikkoduttha nacchiyar atau Andal, Sang Dewi yang memenangkan hati Tuhan, Allakkhiya Manavalan (Mempelai Pria nan Tampan, julukan bagi Sri Ranganatha). Maka dari itu Periya Alvar adalah svasuraamaravanthyam, ayah mertua Tuhan Sendiri, seperti Maharaja Janaka. Sampai akhir hidupnya di dunia Periya Alvar masih menggubah berbagai syair kebaktian kepada Tuhan, yang diresapi cintanya yang dipenuhi kerinduan berkobar. Rasa rindu yang tak tertahankan itu membakar hatinya sedemikian rupa, sehingga dia tidak tahan lagi untuk tetap tinggal di dunia ini. Periya Alvar, yang sesungguhnya adalah Garudadeva sendiri, wahana Tuhan, meninggalkan Divyaprabandhamnya bagi kita, yaitu Periya Alvar Thirumoli, Kidung Suci Sang Alvar Agung.

Gerbang agung Vata-patra-sayi (Vada-perum-koyil-udaiyan) di Srivilliputhur. Dibangun oleh Sri Periyalvar dengan uang hadiah dari Raja Pandya. (Tampakan saat ini setelah berabad-abad, melalui pemeliharaan dan pemugaran. Sri Vatapatrasayi adalah tempat sembahyang yang aktif)

Senin, 14 Desember 2009

SANG PUJANGGA BERLIDAH SEMANIS MADU

PUJANGGA BERLIDAH SEMANIS MADU, atau Madhurakavi dalam bahasa Sanskrit, adalah julukan bagi seorang Alvar yang karyanya juga digabungkan dalam Nalayira Divya Prabandham. Sri Madhurakavi Alvar tidak seperti para Alvar lainnya yang menggubah beratus-ratus syair untuk memuliakan Tuhan. Dia hanyalah menyusun sepuluh paasuram (bait syair) saja. Karya ini juga tidaklah merupakan pemujaan kepada Tuhan Sri Narayana seperti layaknya paasuram-paasuram para Alvar lainnya. Sepuluh doa Madhurakavi ditujukan kepada Nammalvar, sang guru kerohaniannya. Maka dari itu Madhurakavi juga dikenal akan kedalaman guru-bhaktinya dan dijuluki Sang Alvar yang hanya memuja guru, bukan Tuhannya.

Mulia oleh pengabdiannya yang tak tergoyahkan kepada Sang Guru, yang menyanyikan lagu cintanya nan indah bagi Tuhan Narayana. Sang Pujangga Berlidah Semanis Madu mengulurkan tali-temali bersimpul pendek untuk mengikat hati yang terbaik dari para Prapanna. Sembah sujud kami kepada engkau yang memberikan teladan suci bagi seluruh dunia.

Tak banyak yang kita ketahui mengenai masa awal kehidupannya, namun suatu kejadian yang luar biasa menghiasi riwayatnya. Dia berasal dari India Selatan, lahir dalam keluarga Brahmana yang terhormat. Suatu ketika dia berziarah keliling negeri, mengunjungi 106 Divyadesam, tempat-tempat suci pemujaan Tuhan Sri Narayana yang tersebar di seluruh India (ada 108 Divyadesa, dua lainnya berada di luar bumi). Akhirnya sampailah dia di Ayodya, tempat suci kemunculan Tuhan sebagai Sri Rama di India Utara. Pada saat dia khusuk memuja Sri Rama di Ayodya, tiba-tiba dia melihat cahaya terang bagaikan matahari terbit di cakrawala sebelah Selatan. Kagum dan penasaran akan sumber cahaya itu, maka dia memutuskan untuk kembali ke India Selatan, mencari dari manakah cahaya itu berasal. Pencarian ini membawanya ke Thirukkurugur, tempat dia bertemu dengan guru kerohaniannya tercinta, Nammalvar.

Di tempat itu dia melihat seorang yogi muda, duduk dalam sikap teratai, padmasana, di bawah sebatang pohon asam yang tumbuh di halaman kuil Adinatha Svami. Pemuda ini dikenal oleh penduduk setempat sebagai Maran, namun di kemudian hari dia inilah yang kita kenal sebagai Satakopa, Nammalvar, Alvar Kita Yang Mulia. Dari penduduk setempat akhirnya juga diketahui bahwa pemuda itu telah duduk di bawah pohon selama hidupnya, dalam perenungan mendalam akan Kebenaran Mutlak Yang Utama. Dia tidak pernah berdiri, berjalan, berbicara, makan, maupun minum. Cahaya gemilang itu memancar dari tubuhnya. Tampak bahwa dia tengah menantikan seseorang yang tepat, yang memiliki kepantasan untuk menerima ajaran dan berbagi rahasia pengalaman mistik Illahi dengannya.

Sang Brahmana mendekati Yogi Muda, mengajukan pertanyaan yang mengandung makna kebenaran tinggi. Tanpa disangka, Sang Yogi Muda yang tak pernah berbicara seumur hidupnya, ternyata menjawab pertanyaan itu. Itulah kali pertama orang mendengar suaranya sejak lahir. Terharu akan makna rohani jawaban Sri Satakopa, dia seketika itu juga menginsafi bahwa pemuda ini tiada lain adalah gurunya, Sang Acharya Sejati, seorang hamba Tuhan Sriman Narayana yang asli dan terpercaya. Tanpa peduli akan usianya yang lebih tua dan juga kelahirannya dalam keluarga Brahmana, sedangkan Sri Satakopa lahir dalam keluarga Sudra, Madhurakavi segera bersujud dan menyerahkan diri kepadanya sepenuh hati, untuk belajar dan melayani dia. Begitu dalamnya pengabdian Madhurakavi kepada guru kerohaniannya ini sehingga dia menyusun sepuluh paasuram untuk mengungkapkan perasaannya, yang kemudian digabungkan dalam Kumpulan Kudus.

Sepuluh bait doa ini disebut Kanninun Sirutthambu, “tali-temali bersimpul pendek”, merujuk pada tali yang digunakan Yasoda untuk mengikat putranya yang lincah, Sri Krishna, Tuhan Sendiri. Tali ini melambangkan ikatan cintakasih yang tak terputuskan, yang mengulur mengikat Tuhan. Dengan tali cintanya inilah Nammalvar mengikat Tuhan erat-erat dalam hatinya. Sedangkan tali cinta Madhurakavi sendiri mengikat Nammalvar, pencinta Tuhan yang tiada bandingannya di hatinya. Baginya Nammalvar adalah segala-galanya, ayah, ibu, sahabat, guru, bahkan Tuhan junjungannya. Dia adalah pusat kehidupan Madhurakavi.

Dalam salah satu bait doanya Madhurakavi berkata, “navinal navirru inbam yeithinen, mevinnen, avan ponnadi meymmaiye, devumarrariyen kurugur nambi, pavin innisai padith thirivane, Lidahku dipenuhi madu pengucapan nama Kurugur Nambiku (Sang Pemimpin dari Thirukkurugur). Aku tidak mengenal tempat lain untuk menyerahkan diri, hanyalah kaki padmanya semata. Aku tidak memiliki junjungan lain selain dia yang kupuja. Aku akan menghabiskan hari-hariku dengan menyanyikan lagu-lagu yang dilantunkannya dengan begitu manis.”

Pengalaman rohani Madhurakavi yang melihat seorang hamba Tuhan sebagai segala-galanya, bahkan melebihi Tuhan Sendiri, mengingatkan akan hubungan antara adik termuda Sri Rama, Satrughna, saudara kembar Laksmana, dengan Bharata. Sementara Laksmana merupakan bayangan dari Tuhan Sri Rama dan pelayan terkasih-Nya, maka Satrughna mendapati dirinya sebagai hamba dari saudara kesayangan sekaligus wakil Sri Rama, yaitu Bharata. Hal ini juga memperlihatkan secara jelas konsep dari acharya-abhimanam, penghormatan dan pelayanan kepada Acharya. Dalam Sri Vaishnava konsep ini memegang peranan yang sangat penting, karena Acharyalah yang mewakili seluruh silsilah perguruan sebagai pengantara kita kepada Tuhan Yang Maha Esa Sriman Narayana. Jadi karena begitu sulitnya berhubungan dengan Tuhan secara langsung, karena kita tidak mampu menginsafi-Nya secara sempurna akibat ketidaksempurnaan kita, maka hanyalah melalui Acharya kita mampu mengembangkan hubungan cintakasih ini. Acharya merupakan pengejawantahan Kemurahan hati dan Belas kasih Tuhan, selalu siap menyediakan bimbingan, perhatian, dan penghiburan kepada kita. Sehingga dengan demikian menurut Veda, pelayanan kepada Acharya Gurudeva menjadi lebih penting daripada pelayanan kepada Tuhan Sendiri, dalam artian bahwa inilah yang merupakan satu-satunya jalan untuk dapat memasuki pelayanan yang sejati kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ketika Nammalvar meninggalkan dunia ini menuju Kerajaan Rohani Tuhan, Madhurakavi membangun kuil dan menstanakan Citra Suci untuk mengenang guru kerohaniannya. Dia juga merintis upacara-upacara harian, bulanan, dan tahunan untuk memuliakan Nammalvar dan karya-karyanya. Pada saat yang sama dia juga menyebarluaskan kebenaran-kebenaran yang terkandung dalam Tamil Vedam. Pada masa itu, tak seorangpun dapat menjadi seorang pujangga tanpa melalui perdebatan dengan sidang tiga ratus Pandita sarjana kerajaan. Mereka menantang Madhurakavi membela gurunya di hadapan sidang. Akhirnya mereka semua dapat ditundukkan, sehingga Nammalvar termashyur sebagai seorang pribadi agung dan ajarannya tersebar luas ke mana-mana. Inilah pengabdian Sri Madhurakavi Alvar, Sang Pujangga Berlidah Semanis Madu, permata guru-bhakti.