Sabtu, 12 Desember 2009

ALVAR KITA YANG MULIA

KITAB DIVYA PRABANDHAM ATAU ARULICCHEYAL (Kumpulan yang Kudus) berisi lebih dari 4000 syair berbahasa Tamil. Syair-syair ini merupakan kidung doa pujian kepada Rupa Tuhan yang berkuasa di 108 divya-desam. Syair-syair suci ini digubah oleh duabelas Alvar, yang terbanyak adalah oleh Nammalvar yaitu empat puisi yang terdiri dari 1296 syair.
Nammalvar dianggap sebagai Alvar yang terpenting. Dia diberi julukan ‘Tubuh Para Alvar’.

Alvar ini dikenal pula dengan nama Satagopan (Satakopa) dan Parankusa. Dahulu Alvar bernama Maran. Dia diyakini sebagai avatara (Inkarnasi Illahi) dari pemimpin para pengiring Tuhan Sri Narayana yaitu Senai Mudaliyan (Senapati Vishwaksena). Ayahnya bernama Kaliyar, seorang penduduk Thirukkurugur yang terletak ditepi sungai Tamraparni, propinsi Tirunelveni.

"Maran yang kemashyurannya kekal abadi, dari Kurugur nan subur, telah menyanyikan lagunya dengan maksud membawa kemakmuran dan kesejahteraan seluruh dunia, mengajarkan semuanya agar mereka meninggalkan segala sesuatu yang lain dan hanyalah mencari kaki Tuhan Narayana Yang Mahamulia"

Enambelas tahun pertama kehidupannya Nammalvar tidak makan maupun minum. Dia hanya duduk dengan mata terpejam di bawah sebatang pohon Imli (asam) yang diyakini merupakan penjelmaan dari Adisesha (Anantasesha). Pohon ini terletak di dekat kuil Bhagavan Sri Adinatha Tirukkurugur. Selama jangka waktu yang panjang ini Alvar berada dalam keheningan dan terlepas dari segala hal duniawi. Beberapa orang mengatakan bahwa saat itu Alvar menyimpan kekuatan mulia yang tersimpan dalam dirinya sejak lahir sebagai avatara Senai Mudaliyan dan mempersiapkannya untuk membuka jalan Kesempurnaan Tertinggi bagi semua orang di masa depan. Bahkan masa hening ini juga dipandang sebagai bagian pengajaran Sang Alvar mencapai tahap-tahap Pencerahan Tertinggi.

Tahap ini dimulai dengan mengasingkan diri dari pengaruh duniawi. Kemudian dilanjutkan dengan pencarian akan tujuan hidup yang terpenting, perenungan pada kegelapan yang muncul ketika menapak jalan kesempurnaan sampai lenyapnya kegelapan itu seketika. Lalu datanglah keinginan kuat, semangat kerinduan luar biasa terhadap apa yang dicari dan pada akhirnya kesukacitaan luar biasa yang dicapai setelah sampai pada keinsafan diri dalam Kesadaran Tuhan.

Dalam Divya Suri Caritam oleh Garudavahana Panditar, yang hidup sejaman dengan Sri Ramanuja dikisahkan bagaimana Nammalvar mengakhiri masa heningnya. Ketika itu datanglah Madhurakavi (seorang Alvar yang kemudian menjadi muridnya) ke tempat Nammalvar duduk dibawah pohon Imli. Madhurakavi bertanya, “Sethathin vayaril siriadhu pirandhal, yethai thinru, yenge valarum, Ketika yang hidup lahir dalam yang mati, apakah yang akan dimakannya, dan di manakah dia akan tinggal?” Nammalvar menjawab pertanyaan rahasia itu sebagai berikut, “Athai thinru, ange valarum, Dia akan makan yang mati dan tinggal di dalamnya”. Saat itulah Nammalvar berbicara dan membuka mata untuk pertama kalinya setelah tenggelam dalam keheningan selama 16 tahun. Madhurakavi bersujud dan menerima Nammalvar sebagai guru kerohaniannya.

Walaupun demikian, bahkan sejak kejadian itu, Nammalvar tetap tidak beranjak dari tempat duduknya. Di bawah naungan pohon asam itu dia terserap dalam sukacita rohani. Kemudian Alvar menyanyikan puisi sucinya sambil merenungkan kemuliaan Para Penguasa 108 Divyadesam. Wujud-wujud Tuhan yang dipuja di 108 Divyadesam semuanya hadir di tempat itu. Penguasa 108 Divyadesam datang ke Tirukkurugur, menampakkan Diri dan memberikan darshan kepada Nammalvar. Tuhan memberinya empat tugas untuk dikerjakan. Empat tugas itu adalah memerah saripati Veda, yang kemudian menjadi Empat Kidung Agung Sang Alvar yaitu Thiruviruttham, Thiruvasiriyam, Periya Thiruvanthadi dan Thiruvaymoli, merupakan intisari dari Rik, Yajus, Atharva, dan Sama Veda. Setelah menyelesaikan keempat tugas itu, Nammalvar mendengar panggilan Tuhan. Alvar segera menjawab panggilan itu dan kemudian lenyap untuk kembali bersatu dengan Sri Narayana dan melayani kaki padma-Nya.

Nammalvar tidak pernah mencicipi makanan duniawi apapun dari bumi ini. Sedari lahir dia hanyalah menikmati Tuhan Sri Krishna sebagai satu-satunya minuman, makanan, dan sarana kenyamanannya. Banyak keajaiban yang terjadi dalam hidupnya. Salah satunya adalah kisah seekor anjing, milik dari seorang yogi. Ada yogi yang tinggal di tepian sungai Tamraparni yang berseberangan dengan tempat tinggal Nammalvar dan dia memiliki seekor anjing (entah untuk apa dia memelihara anjing). Suatu hari anjingnya tidak pulang-pulang sehingga yogi ini mencari-carinya. Tampak oleh sang yogi, anjing itu sedang berenang ke arahnya dari tempat tinggal Nammalvar di seberang sungai. Sayang arus sungai yang deras tiba-tiba datang dan menenggelamkan si anjing. Yogi itu hanya bisa melihat mayat anjingnya hanyut terbawa aliran sungai. Tetapi tiba-tiba cahaya yang terang memancar dari kepalanya, roh anjing itu terbang ke langit dan surga terbuka untuk menerimanya. Ini terjadi hanya karena sebelumnya anjing itu sempat melihat Nammalvar.

Sri Nammalvar memberikan Bhavisyad-acharyar kepada Sriman Nathamunigal

Sriman Nathamunigal, yang berusaha mengumpulkan lagi semua bagian Divya Prabandham, memperolehnya kembali dari Sri Nammalvar. Beliau hadir di hadapan Sri Nathamuni, setelah sang acharya melaksanakan tapa dan mengucapkan 32000 kali kidung suci dari Sri Madhurakavi, yaitu Kanninun-cchiruttambhu. Pada saat itu pewarisan ajaran berada dalam kondisi membahayakan dengan begitu banyaknya berbagai paham keagamaan yang menutupi kecemerlangan jalan sejati menuju Tuhan Sriman Narayana. Sri Nammalvar lalu menubuatkan kehadiran seorang Acharya di masa depan, dalam garis pewarisan ajaran Sri Nathamuni, yang akan datang membangkitkan kembali perguruan bhakti yang murni. Saat itu Sri Nammalvar juga memberikan citra/archa dari Acharya yang dimaksud kepada Sriman Nathamunigal. Archa ini dikenal sebagai Bhavisyad-acharyar, "Guru Agung Bagi Masa Depan", yang di kemudian hari kita muliakan sebagai Bhagavad Ramanujacharya. Jadi archa perwujudan Sri Ramanuja di Kurugur telah ada sebelum kemunculan beliau secara fisik di bumi ini. Sampai sekarang, archa ini tetap dikenal sebagai Bhavisyad-acharyar.

Walaupun Nammalvar sangat berpengaruh, dia hanyalah dikenal dari ajaran-ajaran dan syair-syairnya. Catatan sejarah mengenai Alvar ini hampir tidak ada. Riwayat dalam Divya Suri Caritam dan Guru Parampara Prabhavam ditulis menurut tradisi, 40 abad setelah masanya. Walau demikian cahaya kemuliaan dan ajaran Nammalvar telah membuatnya diterima oleh para Vaishnava dari selatan sebagai orang suci yang istimewa. Orang suci di antara orang suci, santo di antara santo, yang oleh kata-katanya rahasia alam transendental menjadi terbuka bagi seluruh umat manusia. Adalah Tuhan Sendiri, Sri Ranganatha Perumal, yang dengan penuh sukacita menyebut Alvar ini bukan dengan namanya secara langsung, Maran atau Satakopa, tetapi NAMMALVAR, yang berarti "Alvar Kita". Sri Nammalvar adalah Sathari, alas kaki Tuhan Sendiri yang dikenakan sebagai mahkota oleh semua hamba Beliau.

"Hamba mengarahkan hati pada curahan kata-kata Satakopa, bercahaya dengan terangnya berjuta matahari, yang terbit di cakrawala Selatan, semerbak dengan keharuman bunga-bunga Vakula, begitu mulia karena memberikan pengertian yang benar akan makna sejati Veda-veda"

Sri Sathari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar