Kamis, 03 Desember 2009

Mentari Yang terbit Di Selatan (2)

Tradisi Bhakti dan Bhagavata pada jaman kali dirintis oleh duabelas Alvar ini. Ajaran-ajaran mereka tersimpan dalam bait-bait syair cinta rohaninya. Para Alvar menggubah sekitar 4000 syair berbahasa Tamil. Kemudian pada abad ke sembilan – ke sepuluh seorang filsuf yang suci, Sri Nathamuni, bekerja keras mengumpulkan karya-karya para Alvar. Nathamuni menyusunnya sebagai Divya Prabandham (Kumpulan Yang Kudus). Dia juga mengaturnya untuk dinyanyikan dengan musik seperti yang kita warisi sampai sekarang. Divya Prabandham adalah kumpulan kidung pujian bagi 108 Rupa Tuhan yang bertahta di 108 tempat perziarahan suci (Astottara-sata-divyadesam). Menyanyikan Divya Prabandham (aruliccheyal, Tamil) di tempat-tempat suci, yang disebut araiyar-sevai atau Vinnappam–seyvar , dirintis oleh Sri Nathamuni sendiri.

Sriman Nathamunigal

Di kala India berada dalam masa kelam di bawah penjajahan bangsa-bangsa dan agama asing, India Selatan relatif tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi penuh tekanan ini. Kebudayaan Veda masih tumbuh dan berkembang dalam keindahan dan keasliannya yang sama sebagaimana beribu-ribu tahun yang lampau. Dengan adanya perlindungan kerajaan-kerajaan dan panglima-panglima perang Hindu yang cukup kuat, peradaban Veda yang suci tetap terjaga di India Selatan. Demikian pula hampir semua orang suci utama di jaman Kali, jaman kita ini, yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan ajaran Veda hingga hari ini, muncul dan hidup di India Selatan. Di antara mereka adalah para Acharya, Nayanmar Saiva, dan tentu saja para Alvar Vaishnava

Para Alvar dan pewahyuan yang mereka terima, terungkap dalam bahasa Tamil kuno, adalah orang-orang suci dan ajaran rohani yang paling berpengaruh dalam kehidupan keagamaan di India Selatan. Kurugur, sebuah kota perziarahan suci, menjadi saksi keagungan Divya Prabandham sejak jaman dahulu kala. Di tempat inilah Maharishi Agasthiya memperoleh berkat yang sangat unik dari Deva Siva. Agasthiya adalah salah satu Maharishi utama dalam Veda, yang kemuliaannya dipuji-puji dalam berbagai kitab Purana dan Itihasa. Beliau lahir secara ajaib dari sebuah periuk (kumbhan/kalasha) dan dianggap merupakan orang suci pelindung India Selatan. Dikatakan ketika semua rishi pergi ke Himalaya di Utara, demi menghadiri pernikahan suci antara Siva dengan Parvati, bumi menjadi tak seimbang oleh berat spiritual mereka. Maka Agasthiya, sendirian, dimohon untuk pergi ke Selatan agar bumi kembali menjadi seimbang dalam posisinya. Pegunungan Vindhya, yang dahulu dikatakan bersaing tingginya dengan Himalaya, mencapai ketinggiannya sekarang karena menunduk menghormati Agasthiya yang agung.

Guru Agasthiya Maharishi

Pengaruh Agasthiya dan jasanya yang besar dalam penyebaran ajaran Veda membuat kemashyurannya tersebar ke berbagai belahan dunia. Paling tidak di seluruh Asia, sampai hari ini kita masih dapat melihat betapa penghormatan yang diberikan kepadanya. Penganut Veda (Hindu) di Asia Tenggara, termasuk Indonesia memujanya sebagai guru utama, pembimbing rohani mereka yang paling terkemuka, seperti yang dapat kita lihat dengan begitu banyaknya Arca Guru Agasthiya yang ditemukan di bumi Nusantara. Di Indonesia beliau juga dikenal dengan nama-nama aliasnya seperti Harichandana, Kumbhayoni, Sivaguru, Dapunta Hyang, Hyang Kalashaja, dan Anggasti Maharishi. Garis silsilah perguruan rohani atau Parampara dari Guru Agasthiya tidak saja menyebarkan Veda-dharma ke Indonesia, namun juga memperlindungkan seluruh negeri ini di bawah pandangan kasih Sang Maharishi. Raja-raja Nusantara merupakan keturunan garis spiritualnya, demikian pula para pendeta, yogi, dan pertapa. Bahkan ada keyakinan bahwa beberapa murid Guru Agasthiya yang datang ke Indonesia merupakan siddha-rishi yang masih tetap hidup sampai sekarang di tempat-tempat suci di pulau Jawa, seperti di Dihyang (pegunungan Dieng), Ravangagiri (gunung Raung), Brahmarishyacalam (gunung Bromo), dsb. Hingga hari ini, kekuatan tapa mereka dipercaya tetap melindungi Nusantara, tentu saja apabila kita masih menghormati dan mengingat kemuliaan para leluhur ini. Tampaknya para raja jaman dahulu juga mengangkat Maharishi Agasthiya sebagai orang suci pelindung Nusantara.

Maharishi Agasthiya adalah merupakan bapak dari bahasa Tamil. Beliau diyakini menciptakan dan menyusun tata bahasa Tamil yang digunakan di India Selatan, yang aksaranya juga menjadi salah satu dasar pembentukan aksara Nusantara (seperti Jawa dan Bali Kuno). Di kota suci Kurugur, Agasthiya menerima berkat dari Deva Siva bahwa suatu ketika seorang suci yang agung akan lahir di tempat itu dan membuat bahasa Tamil sejajar dengan bahasa Sanskrit. Itulah Nammalvar atau Satakopa Maran, yang paling utama dari para Alvar.

Para Alvar, wahyu yang mereka insafi, dan tradisi rohaninya seperti disebutkan sebelumnya, dikodifikasikan oleh Nathamuni, seorang suci agung yang boleh kita katakan bagaikan Maharishi Vyasadeva bagi Veda Sanskrit. Nathamuni menyusun kebenaran sejati (tattva) yang diinsafi oleh para Alvar, yang tentu juga sepakat dengan kebenaran sejati Veda Sanskrit, menjadi Divya Prabandham dan mendapatkan status istimewanya sebagai Dravidaveda, Veda dari Negeri Selatan. Dravidaveda terutama membentuk keyakinan relijius dan tradisi rohani Sri Vaishnava. Konsep ketuhanan dalam Sri Vaishnava dan juga garis-garis perguruan yang dirintis oleh para Acharya setelah Ramanuja diwarisi dari para Alvar. Tuhan Yang Maha Esa bagi para Alvar bukanlah suatu kekosongan besar yang jauh dari umat-Nya. Dia adalah Pribadi yang amat dekat dan karib. Dengan berbagai Wujud-Nya, Inkarnasi-Nya, dan Ciri Pribadi serta Nama-Nya yang khas, mengalami pertukaran cintakasih yang begitu mesra bersama para penyembah-Nya. Tuhan adalah Junjungan, Sahabat karib, Anak kesayangan, dan Kekasih tercinta bagi mereka. Tidak ada jarak yang memisahkan para Alvar dengan Tuhannya, Tuhan Yang Maha Esa Penguasa Seluruh Alam Semesta, Pencipta, Pemelihara, dan Pelebur yang tunggal.

Empat Perguruan Vaishnava sahih utama (Sri, Brahma, Rudra, dan Kumara sampradaya) semuanya berasal dari India Selatan. Para Pendiri (Sthapaka Acharya) Empat Perguruan juga mengambil dasar-dasarnya dari tradisi para Alvar ini. Sri Sampradaya (Sri Vaishnava) adalah yang terutama secara khusus mengangkat duabelas Alvar ke dalam parampara mereka. Para Alvar menanam benih yang kemudian akan tumbuh sebagai Empat Perguruan beserta segala cabangnya. Maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa duabelas roh agung ini, para Alvar, diturunkan oleh Tuhan Sri Krishna Sendiri sebagai penabur benih demi tumbuhnya bhakti di dunia. Para Alvar terutama menjadi lebih penting lagi bagi para Vaishnava dan umat Hindu Indonesia. Nusantara ini secara jelas memiliki hubungan karma rohani dengan Dravida-desa atau India Selatan. Sejarah spiritual India Selatan secara alamiah merupakan bagian dari sejarah spiritual Indonesia. Bagi para Vaishnava Indonesia khususnya dan umat Hindu pada umumnya, kisah para Alvar adalah kisah kehidupan para leluhur kita sendiri, yang tentu sangat penting untuk diketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar