Kamis, 25 November 2010

SRI MADHVA (2)


Segala pujian, segala pujian kepada beliau yang menyangga seluruh alam semesta, yang paling berkuasa dan penuh kekuatan di antara semua jiva, yang adalah kediaman segala sifat-sifat rohani, beliaulah yang bernama Madhva.

Srimad Sripadaraja memulai uraiannya tentang kisah kehidupan Sri Madhva dengan doa singkat ini yang diawali dengan kata jaya. Salah satu makna jaya adalah mangala atau kemujuran dan kesucian. Dengan demikian beliau memohon kepada Sri Mukhyaprana Vayudeva agar menganugerahkan mangala kepada kita semua. Hal ini sangat tepat, karena sastra suci menjelaskan bahwa Sri Vayu adalah parama-mangala-svarupa, perwujudan sejati segala kemujuran, pradhana-anga atau tangan kanan Tuhan Yang Maha Esa Sri Hari.

Jaya juga berarti kemenangan. Kemenangan terbesar bagi para jiva adalah moksa atau mukti, pembebasan tertinggi. Sri Vayudeva membantu semua jiva yang memiliki kepantasan untuk mencapai tujuannya ini dengan memberikan pengetahuan yang benar (jnana) tentang Tuhan, juga memberikan inspirasi untuk berpikir dan bertindak secara benar. Segala ingatan dan pelupaan serta ilham yang rohani berasal dari Paramatma Sri Hari, namun adalah Sri Vayu yang menyampaikannya kepada para jiva, dan adalah beliau yang membantu serta mendukung para jiva untuk mencapai tujuannya yang sejati. Bhagavan Vayu adalah yang bertanggung jawab menyampaikan permasalahan para jiva kepada Sri Hari. Beliaulah yang memohon kepada Sri Hari agar bersedia mengarahkan belas kasihnya kepada para jiva. Selain kehendak Sri Hari dan Mahalaksmi, hanyalah Vayu dan Brahma (kedudukan yang diperuntukkan bagi Vayu dalam manifestasi penciptaan berikutnya) yang berhak mengajukan pembebasan para jiva. Oleh karena itu Vayu dinyatakan sebagai pradhana-anga dari Tuhan Sri Hari Sendiri. Jaya juga bermakna yang paling utama, karena Vayu juga dipahami sebagai Jivottama, yang tertinggi di antara para jiva.

Sastra menyatakan pula bahwa Vayudeva senantiasa melantunkan Hamsa-mantra “hamsah so’ham svaha” sekitar 21.600 kali setiap hari kepada semua jiva dan mempersembahkannya kepada Hamsanamaka Paramatma, Sri Hari yang memberikan karunia pengetahuan sejati mengenai Brahman kepada deva Brahma, makhluk hidup pertama dalam manifestasi kosmis. Sekalipun makhluk hidup tidak semuanya melakukan mantra-japa atau mengucapkan nama suci Sri Hari, Vayu melaksanakan Hamsa-japa setiap hari atas nama para jiva yang terperangkap dalam tubuh duniawi ini. Oleh karena itu Vayu dimuliakan sebagai guru yang memberikan pengetahuan sejati kepada semua makhluk, sehingga mereka semua dapat mengenal Bhagavan Sri Hari.

Selama Sri Vayu berada di tubuh ini maka tubuh hidup, tetapi begitu dia meninggalkannya maka tubuh akan mati. Begitu pula sebagaimana dijelaskan dalam Aitareya Upanisad 1.2.4. vayuh prano bhutva, Vayu memberikan kehidupan bagi tubuh kosmis. Karena itu Bhagavan Vayu juga dimuliakan sebagai Jagatrana, dia yang menyokong kehidupan dunia. Trana juga dapat dimaknai sebagai penjaga atau pelindung. Bhagavan Vayu merupakan pelindung semua jiva yang memiliki kepantasan untuk mencapai moksa, beliau melindungi jiva-jiva dalam kebaikan dan juga menghukum mereka yang jahat. Kekuatan beliau bahkan meliputi para devata yang lain. balamindrasya girisho girishasya balam marut balam tasya haris sakshat naharerbala manyatah (Mahabharata Tatparya Nirnaya - MBTN 2.162) Kekuatan Indra adalah Girisha (Rudra), kekuatan Girisha adalah Marut (Vayu). Kekuatan Vayu adalah Sri Hari Sendiri yang tidak memperoleh kekuatan-Nya dari siapapun juga. Karena Vayu merupakan sumber kekuatan Rudra, sehingga beliau juga merupakan sumber kekuatan para devata yang lain, maka Jagatrana merupakan gelar yang tepat bagi beliau.

Dalam sastra dikatakan bahwa tubuh manusia disusun atas 24 elemen atau tattva. Elemen-elemen ini pada dasarnya tidak hidup. Untuk memberikan kehidupan kepada badan ini dan membuatnya aktif, 24 tattva-abhimani-devata memasuki bagian-bagian badan tersebut dan mengaktifkannya. Pengendali dari semua devata ini adalah Vayu. Sri Hari menginspirasi Vayu kemudian Vayu lanjut menginspirasi yang lainnya. Karena Hari dan Vayu bertanggung jawab atas pemeliharaan kehidupan alam semesta, maka Beliau disebut Sutrana, jagadolage sutrana. Secara khusus hanyalah Bhagavan Sri Hari yang merupakan Sutrana, namun karena Vayu menjalankan kekuatan Sri Hari dalam memelihara kehidupan, beliau juga dapat disebut Sutrana.

Vayu kemudian dimuliakan pula sebagai Akhila-guna-sad-dhama. Hal ini dapat dijelaskan dengan dua cara. Vayu adalah saddhama, tempat terluhur untuk bersemayamnya Sri Hari yang adalah akhila-guna, yang memiliki kemuliaan dan sifat-sifat rohani tak terbatas. Lalu Vayu juga adalah saddhama, perwujudan dari akhila-guna (sifat-sifat rohani) itu sendiri.

Tuhan Sri Hari dikenal sebagai Purnaguna atau Akhilaguna, pemilik segala kemuliaan dan sifat-sifat baik yang rohani. Akhila dan Guna juga merupakan nama-nama Sri Hari yang dinyatakan dalam Vishnusahasranama-stotra. Sebagai penyembah-Nya yang terbaik, Vayu adalah juga tempat bersemayamnya Sri Hari (saddhama). Sehingga Vayu dapat disebut sebagai Akhilaguna-saddhama. Akhilaguna-saddhama di sini menunjukkan bahwa Sri Hari senantiasa berada atau bersemayam dalam Vayu. Oleh karena Bhagavan Sri Hari senantiasa bersama Vayu, maka Vayu sendiri juga memanifestasikan segala sifat mulia Sri Hari. Segala kemuliaan Sri Hari juga ditampakkan oleh Vayu, sehingga Vayu juga disebut Akhilaguna-saddhama karena dia merupakan perwujudan dari segala sifat-sifat rohani ini. Selain itu Vayu merupakan Jivottama, jiva yang paling utama, sehingga segala sifat-sifat baik jiva mencapai puncaknya dalam diri Vayu. Jadi seperti Tuhan Sri Hari, maka Vayu juga menyandang gelar Akhila-guna.

Sebagai gambaran atas sifat-sifat mulia yang ditunjukkan oleh Vayu, Srimadacharya Madhva berkata, "jnane virage haribhaktibhave dhruti sthiti prana baleprayoge buddhoucha nanyo hanumatsamanah puman kadachit kvacha kashchanaiva tatvagyane vishnubhaktou dhairye sthairye parakrame vege cha laghave chaiva pralapsya cha varjane bhimasena samonasti senayorubhayaropi pandityecha patutvecha shurtvecha balepi cha" (MBTN 3.155,165) Dalam hal pengetahuan, pelepasan ikatan, pengabdian kepada Sri Hari, keteguhan, keseimbangan, kekuatan, dan kecerdasan, tidak ada satu orang pun yang setara apalagi mampu melampaui Hanuman. Dalam hal ilmu pengetahuan rohani yang benar, pengabdian kepada Vishnu, ketegasan sikap, kekuatan, kesigapan, kemampuan menyesuaikan diri dalam ruangan yang sempit, pengendalian diri, melompati jarak yang jauh, menghindari pembicaraan yang tak berguna, keahlian berbicara, dan memberi semangat, tak ada satu pun yang dapat menandingi Bhimasena. Baik Sri Hanuman maupun Bhimasena adalah Avatar Vayu. Oleh sebab itu Sri Trivikrama Panditacharya menyebut Vayu sebagai Srimad Vishnavanghrinisthati guna.

Sripadaraja menggunakan nama Madhva, bukan nama atau gelar Srimadacharya yang lain dalam karyanya. Ini membuat kita merenungkan pernyataan Balittha-sukta, "niryadim budhnanmahi-shasya varpasa ishanasah shavasa kranta surayah yadimanu pradivo madhva adhave guha santam matarishwa matha-yati" Rudra (Ishana) dan para deva yang lainnya dengan mudah dapat mempelajari segala kemuliaan Tuhan Tertinggi Sri Hari dan menjadi bebas dari segala ikatan duniawi adalah berkat Vayu (Matarishvan) yang mahatahu. Dia (sebagai Madhva) memerah sari sastra-sastra suci dan memperlihatkan kepada kita semua Keutamaan Sri Hari, yang bersemayam dalam hati semua orang. Secara khusus Madhva adalah nama yang digunakan dalam Veda untuk menyebut Srimadacharya, bahkan sebelum kemunculan beliau secara fisik di bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar